Tiga lembaga itu adalah ujung tombak kebijakan ekonomi neoliberal yang sekarang mendominasi dunia.
Sri Mulyani menjadi bagian sangat penting dari lembaga-lembaga tersebut.
Dia menerapkan kebijakan ekonomi neolib di Indonesia dengan menekankan persaingan bebas dan mengandalkan mekanisme tangan gaib ”the invisible hand”.
Pajak menjadi instrumen pengumpul uang paling penting dalam sistem ekonomi neolib.
Hasilnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia dipuji-puji Barat.
Ketika ekonomi dunia mengalami kegelapan akibat resesi, Indonesia disebut the bright spot in the darkness, titik terang dalam kegelapan, karena pertumbuhannya yang stabil.
Sri Mulyani layak mendapat kredit dari capaian itu.
Tetapi, puja-puji itu tidak seindah warna aslinya.
Kementerian Keuangan yang dipimpin Sri Mulyani ternyata keropos dan dihuni banyak perampok pajak yang tidak punya belas kasihan kepada rakyat. (*)
Dhimam Abror Djuraid
Pemimpin Redaksi Jawa Pos 2000–2002
Artikel Terkait
Tersangka Shane Ungkap Mario Dandy Selalu Andalkan Ayahnya yang Pejabat Pajak
Mantan Pejabat Pajak Rafael Alun Diduga Lakukan Pencucian Uang Usai Diselidiki PPATK
PPATK Sebut Konsultan Pajak yang Bekerja untuk Rafael Alun Kabur ke Luar Negeri
Mau Bayar Pajak Kendaraan Bermotor? Catat 14 Titik Pelayanan Samsat Keliling Daerah JADETABEK Hari Ini
134 Pegawai Pajak Punya Saham di 280 Perusahaan, KPK dan Kemenkeu Ungkap Ini