Simak! Beberapa Pengaruh Puasa Ramadan Terhadap Kesehatan

Oleh karena itu, durasi Prapaskah adalah 11 hingga 18 jam per hari.

Puasa Ramadan sebenarnya berbeda dengan puasa yang dilakukan hanya untuk penelitian dari segi fisiologis dan psikologis.

Padahal, seseorang yang berpuasa Ramadan tidak hanya menahan diri dari makan dan minum, tetapi juga menjaga akal dan panca inderanya dari perilaku yang dapat mengganggu amalan puasanya.

BACA JUGA: 5 Permainan Tradisional yang Bisa Kalian Coba Sambil Menunggu Buka Puasa

Oleh karena itu, perubahan fisiologis pada orang yang berpuasa selama Ramadan mungkin berbeda dengan mereka yang berpuasa sebagai relawan penelitian.

Padahal, puasa tidak dimaksudkan untuk mempersulit atau menyakiti umat Islam.

Tegasnya, Alquran menyatakan bahwa puasa tidak wajib bagi anak-anak, wanita haid, orang sakit, musafir, wanita hamil dan menyusui.

Jika anda berpuasa dalam kondisi seperti tadi, Anda dapat berbuka puasa dalam keadaan yang dapat membahayakan keselamatan atau kesehatan jiwa Anda.

Muslim yang berpuasa memiliki kondisi medis tertentu, dapat mendatangi dokter untuk meminta nasihat, apakah mereka boleh berpuasa atau tidak karena kondisi kesehatan mereka.

BACA JUGA: Terkait Larangan Bukber Bagi Pejabat, Jokowi Minta Anggarannya Dialihkan Bagi Santuni Fakir Miskin

Namun, peran dokter bukanlah untuk menentukan apakah seorang penderita diperbolehkan berpuasa atau mengeluarkan fatwa. Keputusan akhir untuk berpuasa atau tidak ada pada masing-masing individu.

Tulisan ini membahas aspek kesehatan yang terkait dengan puasa Ramadhan dan pengaruhnya terhadap berbagai penyakit yang biasa ditemui dalam praktik sehari-hari, seperti:

1. Penyakit Usus

Selama Ramadhan, pengobatan untuk penyakit radang usus (IBD) seperti penyakit Crohn dan kolitis ulserativa bergantung pada stadium penyakit.

Puasa di fasilitas aktif tidak dianjurkan dan membutuhkan dukungan nutrisi penuh dan pengobatan dosis tinggi.