Minggu, 21 Desember 2025

Bendera Putih Mulai Dikerek Naik di Rumah Merah PDIP

- Minggu, 22 Oktober 2023 | 09:07 WIB
Ramdan Nugraha
Ramdan Nugraha

Hal ini bisa kita lihat secara jelas paling tidak dari dua fenomena yang telah terjadi. Yang pertama, Patai Solidaritas Indonesia (PSI), yang sempat mendeklarasikan dukungan terhadap Ganjar Pranowo bahkan sebelum PDIP resmi mengumumkan Ganjar sebagai capres, secara resmi membatalkan dukungannya pada akhir Agustus 2023 yang mereka klaim sebagai keputusan partai dalam acara Kopdarnas di Senayan, Jakarta.

Grace Natalie selaku dewan Pembina PSI juga tegas menyampaikan bahwa PSI perlu untuk menyerap kembali aspirasi masyarakat dan tegak lurus terhadap komitmen kerakyatan untuk melanjutkan visi misi pembangunan Presiden Joko Widodo.

Baca Juga: ASA Indonesia Anggap Partai Golkar Menambah Catatan Buruk Jadi Pendukung Politik Dinasti

Lebih jauh, putra bungsu Jokowi langsung, Kaesang Pangarep, yang saat ini menjadi nahkoda dari partai anak-anak muda itu.

Fenomena kedua, tentu dengan “pembiaran” Jokowi kepada anak sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, masuk menjadi calon kuat wakil presiden untuk kubu yang dalam kontestasi Pilpres 2024, adalah oposisi langsung dari PDIP, yakni Prabowo Subianto bersama Gerindra dan koalisinya.

Puzzle politik ini, pada akhirnya memperjelas posisi Jokowi yang tidak lagi ingin menjadi “petugas partai” yang dalam stigma negatif, hanyalah boneka yang diatur penuh oleh pemiliknya (baca: PDIP)

Baca Juga: Sejarah, Tema, dan Link Unduh Logo Hari Santri Nasional 2023 yang Diperingati Tiap 22 Oktober

Dalam demokrasi, semua hal bisa terjadi dengan orientasi terakomodirnya kepentingan publik yang lebih besar. Namun akrobat politik Jokowi ini pun tidak datang tanpa resiko besar.

Yang pertama, bila Gibran final menemani Prabowo menjadi cawapres, baik hasilnya menang atau kalah, maka besar kemungkinan namanya dicatat abadi sebagai pengkhianat bagi PDIP.

Yang kedua, bila Prabowo-Gibran berhasil memenangkan kontestasi, Jokowi menjadi salah satu tokoh sentral yang telah mengerek bendera putih di rumah merah PDIP sebagai anti-klimaks perjuangan partai, yang dalam dua dekade terakhir, memang sudah kehilangan identitas “wong cilik”-nya.

Baca Juga: Fatal! Sebuah Mobil Sedan Terbakar di Tol Becakayu Jaktim, Diduga Akibat Pengemudi Kelelahan

Dalam Pemilu 2024 ini, penulis melihat PDIP mengalami kegamangan akut tentang bagaimana ideologi partai harus ditukar dengan pragmatisme politik dengan mendorong sosok populis menjadi rerpresentasi ideologis yang sama sekali tidak berhasil.

Bahkan sosok Joko Widodo sendiri tidaklah besar dengan pengglembengan kaderisasi PDIP, sosok Jokowi hadir sebagai orang yang diterima rakyat, sehingga menjadi nilai utama PDIP mengusung dirinya hingga pada kursi RI-1 untuk dua periode kekuasaan.

Semestinya hal ini menjadi evaluasi kritis, bagaimana PDIP bisa menyiapkan kader murninya, bukan menjadi agensi untuk menjual tiket calon presiden kepada sosok yang laku di pasaran.

Baca Juga: Bocoran Adegan Film 13 Bom di Jakarta, Bikin Ledakan Asli Tanpa CGI

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Sudah Siapkah Kita Menerima Hasil Pemilu 2024?

Kamis, 4 Januari 2024 | 09:55 WIB

Memaksimalkan Peran Penjabat (Pj.) Bupati Bogor!

Senin, 1 Januari 2024 | 19:59 WIB

Netralitas Presiden Jokowi di Meja Makan

Selasa, 31 Oktober 2023 | 13:33 WIB

Mahasiswa dan Organisasi Hari Ini, Masihkah Relevan?

Senin, 30 Oktober 2023 | 15:31 WIB

PDIP Tidak Tegas atau Gibran Tidak Beretika?

Senin, 30 Oktober 2023 | 09:52 WIB

Emang Boleh se-Barbar Ini Mas Wali?

Minggu, 22 Oktober 2023 | 18:16 WIB

Bendera Putih Mulai Dikerek Naik di Rumah Merah PDIP

Minggu, 22 Oktober 2023 | 09:07 WIB
X