Senin, 22 Desember 2025

Komunitas Pegon yang Aktif Mendokumentasikan serta Meneliti Sejarah Pesantren dan Nahdlatul Ulama

- Sabtu, 31 Desember 2022 | 23:25 WIB
JEJAK HISTORI: Komunitas Pegon bersama H Achmad Syafi’i (tengah), keturunan kedua KH Sanusi (KH Sanusi Yasin, kakek, dan KH Sanusi Abdullah, ayah), di kediaman KH Sanusi Abdullah di Panderejo, Banyuwangi (11/12).
JEJAK HISTORI: Komunitas Pegon bersama H Achmad Syafi’i (tengah), keturunan kedua KH Sanusi (KH Sanusi Yasin, kakek, dan KH Sanusi Abdullah, ayah), di kediaman KH Sanusi Abdullah di Panderejo, Banyuwangi (11/12).

Karya itu adalah manuskrip legendaris Babad Tawangalun dengan transkrip pegon yang bercerita tentang Kerajaan Blambangan pada era Tanpa Una.

Karya serupa hanya tersimpan di sepuluh museum saat ini. Salah satunya museum di Leiden, Belanda. Dari semua itu, hanya satu yang berupa aksara pegon seperti peninggalan Kiai Saleh ini.

”Ini penemuan yang sangat penting bagi kami terkait sejarah Banyuwangi,” ucap Ayung.

Saat ditanya apakah ada peninggalan kuno lain yang ingin mereka temukan, tapi belum ketemu, Ayung menyebut ada.

Itu adalah buku yang disebar KH Wahab Chasbullah bersamaan dengan undangan untuk para ulama Nusantara pada 1926 silam dalam salah satu upaya mendirikan NU.

Dia menyebut buku itu diyakini sebagai propaganda awal dalam menjelaskan kenapa harus mendirikan NU di Indonesia ini.

Buku itu juga yang akhirnya menggerakkan 160 kiai hadir ke Surabaya pada 31 Januari 1926 untuk berkumpul dan menjadi cikal bakal pendirian NU.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Terkini

Hadapi Perubahan Iklim, KLH Gandeng Masyarakat Sipil

Kamis, 13 November 2025 | 17:41 WIB
X