RBG.ID - Kawasan Golden Triangle kembali menjadi sorotan setelah penangkapan Dewi Astutik di Kamboja pada 1 Desember 2025.
Dewi Astutik yang juga dikenal dengan sebutan “Kak Jinda” atau “Mami”, ditangkap dalam operasi gabungan antara BNN, Interpol, BAIS TNI AD, serta kepolisian Kamboja.
Ia diduga menjadi salah satu penghubung penting jaringan narkotika internasional yang menyalurkan sabu hingga dua ton dengan nilai mencapai Rp5 triliun.
Keterlibatan Dewi dalam kasus besar tersebut membuat publik menaruh perhatian pada sumber utama produksi narkotika di Asia Tenggara, yaitu Golden Triangle.
Baca Juga: Ngumpet di Kamboja! Ini Sosok Dewi Astuti Gembong Narkoba Seberat 2 Ton yang Ditangkap BNN
Kawasan ini selama puluhan tahun dikenal sebagai pusat produksi opium, heroin, dan kini menjadi pabrik sabu terbesar di dunia.
Hubungan antara Dewi Astutik dan jaringan dari wilayah ini disebut BNN sebagai faktor kunci dalam peredaran narkoba berskala internasional.
Apa Itu Golden Triangle?
Golden Triangle adalah istilah yang merujuk pada kawasan perbatasan tiga negara: Myanmar, Laos, dan Thailand.
Daerah pegunungan terpencil ini sejak lama menjadi episentrum perdagangan dan produksi narkotika, terutama karena lemahnya pengawasan pemerintah serta adanya kelompok bersenjata yang menguasai wilayah tertentu.
Baca Juga: Simpel dan Elegan, Ini Penampakan Jersey Anyar Timnas Indonesia U23 di SEA Games 2025
Pada dekade 1950–1980-an, Golden Triangle dikenal sebagai produsen opium dan heroin terbesar di dunia.
Namun dalam 10 tahun terakhir, kawasan ini beralih menjadi pusat produksi sabu (metamfetamin) dengan jumlah yang terus meningkat.
Berbagai laporan internasional menunjukkan bahwa laboratorium ilegal di wilayah Myanmar bagian utara mampu memproduksi sabu dalam skala industri, mencapai ratusan ton setiap tahun.
Dalam operasi penangkapan Dewi Astutik diketahui dilakukan secara senyap di Sihanoukville, Kamboja.
Tim gabungan dari BNN, BAIS TNI, dan Interpol bekerja sama dengan kepolisian setempat untuk menangkap Dewi tanpa perlawanan.
Wilayah itu diketahui sering dijadikan titik transit bagi pelaku kejahatan narkotika internasional karena akses pelabuhannya yang strategis.
BNN juga menjelaskan bahwa Dewi sudah lama menjadi target prioritas, terutama setelah pengungkapan penyelundupan heroin dan sabu sejak 2024–2025 yang mengungkap perannya sebagai pengendali jaringan.
Ia diduga mengatur alur barang, mengoordinasikan kurir, serta membangun koneksi dengan kartel internasional.
Penangkapan Dewi Astutik menjadi salah satu operasi terbesar dalam upaya Indonesia memutus mata rantai distribusi Golden Triangle ke wilayah Nusantara.***
Artikel Terkait
Profil Nur Utami, Selebgram Makassar Tersangka Jaringan Narkoba Fredy Pratama, Ditangkap Setelah Pulang Umrah
Selebgram Angela Lee Diperiksa Bareskrim Terkait Kasus Pencucian Uang Fredy Pratama
Polri Berhasil Sita 360 Kg Sabu dan 335 ribu Butir Ekstasi dari Sindikat Raja Narkoba Fredy Miming
Terlibat Narkotika Fredy Pratama, Mantan Kasat Narkoba Polres Lampung Selatan Didakwa Terima Rp1,34 Miliar
Ngumpet di Kamboja! Ini Sosok Dewi Astuti Gembong Narkoba Seberat 2 Ton yang Ditangkap BNN