RBG.id - Kementerian Lingkungan Hidup/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (KLH/BPLH) memperkuat langkah nyata dalam menghadapi perubahan iklim dengan menggandeng berbagai elemen masyarakat sipil.
Menteri Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq, memimpin dialog terbuka bersama lebih dari dua puluh organisasi lingkungan, komunitas masyarakat, dan lembaga pembangunan berkelanjutan diantaranya, Auriga, Kota Kita, MADANI Berkelanjutan, Yaksa Pelestari Bumi Berkelanjutan, Greenpeace, WALHI dan
Dana Nusantara.
Pertemuan ini menjadi momen penting yang menandai arah baru kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sipil dalam memperkuat implementasi Second Nationally Determined Contribution (SNDC) serta memperluas aksi adaptasi iklim di tingkat komunitas.
“Dukungan dan peran masyarakat sipil sangat penting untuk menjadi jembatan antara kebijakan pemerintah dengan operasional masyarakat di lapangan. Ke depan, KLH akan membentuk Forum CSO KLH agar dialog seperti ini berlangsung rutin dan terkoordinasi," ujar Hanif, dalam keterangan resminya.
Baca Juga: Murah Tapi Mewah! Ini 5 Motor Listrik di Bawah Rp20 Juta, Cocok Buat Anak Sekolah
Hanif mengatakan, hasil dialog ini akan menjadi dasar penguatan kemitraan berkelanjutan antara pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, agar upaya penurunan emisi dan adaptasi iklim benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat di seluruh Indonesia.
"Aksi iklim bukan hanya tentang diplomasi di meja perundingan, tetapi tentang perubahan nyata yang dirasakan warga di lapangan. Itulah arah kerja KLH/BPLH ke depan," tegasnya.
Berbagai organisasi masyarakat sipil menyampaikan pandangan serta catatan strategis terhadap arah kebijakan iklim nasional. Perwakilan dari Madani Berkelanjutan, Nadya Hadad, menegaskan pentingnya pelibatan masyarakat rentan dalam setiap kebijakan adaptasi.
“Masyarakat sipil siap menjadi mitra nyata pemerintah dalam mengawal SNDC dan memastikan aksi iklim berpihak pada kelompok yang paling rentan,” katanya.
Sementara itu, perwakilan WWF Indonesia, Ari Mochamad, menyoroti pentingnya keadilan dalam instrumen ekonomi lingkungan. Ia mengingatkan agar mekanisme carbon trading tidak hanya dilihat sebagai transaksi finansial, tetapi juga sebagai bagian dari upaya membangun ketahanan iklim (climate resilience).
“Instrumen ekonomi lingkungan harus adil dan berpihak pada rakyat. Narasi ketahanan iklim perlu diperkuat agar publik memahami esensinya dengan benar,” kata Ari.
Para perwakilan CSO juga mendorong agar pendanaan iklim global lebih diarahkan pada aksi nyata di tingkat komunitas, bukan semata program peningkatan kapasitas birokrasi. Mereka menilai pendekatan berbasis masyarakat mampu menciptakan dampak langsung, berkelanjutan, dan inklusif.
Perwakilan Organisasi Kota Kita, Vanesha Manuturi, menekankan pentingnya memperluas jangkauan Program Kampung Iklim (ProKlim) hingga ke tingkat kota.
Artikel Terkait
Semangat Hari Pahlawan 2025, Rudy Susmanto Lakukan Penanaman Pohon di Istana Bogor
Komitmen Bangun dari Desa, Rudy Susmanto Terima Penghargaan Pahlawan Inspiratif atas Percepatan Pembangunan
Wali Kota Bogor Lantik 22 Kepala Sekolah, Dorong Kepemimpinan Berintegritas dan Berkarakter
Wujudkan Lingkungan Sehat, Bupati Bogor Bentuk Tim Reaksi Cepat Kebersihan untuk Perkuat Kolaborasi Lintas Sektor
Bupati Bogor Tekankan Percepatan dan Transparansi Pembangunan Dapur Makan Bergizi Gratis
Nongkrong non-stop 24 Jam, Nyaman Dan Asik di Anami Coffee Bogor