RBG.ID – Sejauh ini pelaporan efek samping obat ke Badan Pengawas Obat dan Maknan (BPOM) hanya 10.000 setiap tahunnya.
Jumlah ini dinilai tidak representatif. Untuk itu, BPOM membuat aplikasi pelaporan bernama e-MESO agar semakin memudahkan masyarakat.
Kepala BPOM, Penny K Lukito mengungkapkan jika perlu dibangun sistem pemantauan atau pelaporan kejadian tidak diinginan karena efek samping obat atau disebut farmakovigilian.
Baca Juga: Tidak Daftar Ulang SNBP, Sanksinya Tak Boleh Ikut Seleksi Dua Tahun
Sejauh ini pelaporan dilakukan oleh industri farmasi. “BPOM merupakan koordintaor pusat dalam monitoring efek samping obat,” katanya.
Atas dasar itu, BPOM membuat aplikasi e-MESO.
Baca Juga: 18 Perwakilan FIFA dan LOC Telah Memulai Pengecekan Stadion Lokasi Piala Dunia U-20 2023
Dengan aplikasi ini, pelaporan semakin masif.
Sehingga BPOM dapat melakukan penelitian terkait kejadian yang diduga karena efek samping obat.
Sejauh ini pelaporan yang diterima BPOM hanya rata-rata 10.000 laporan pertahun.
Baca Juga: Hari Pertama Ramadan, Warga Bogor Mulai Berburu Pakaian Baru di Pasar Kebon Kembang
Sebelumnya, tahun lalu terjadi gagal ginjal akut atipikal pada anak (GGAPA) yang diduga diakibatkan oleh obat.
Kejadian ini membuat raturan anak meninggal dunia dan sebagian yang selamat harus berjuang karena mengalami kecacatan.
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah mengungkapkan jika jumlah pelaporan yang hanya 10.000 pertahun itu merupakan jumlah yang sedikit.
Artikel Terkait
BPOM Izinkan Penggunaan Inavac Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri
Kasus Ginjal Akut, Bareskrim Polri Periksa 2 Pejabat BPOM
Ini Daftar Obat Sirop Aman Konsumsi Versi BPOM
32 Obat Sirup Kembali Ditarik BPOM, Ini Daftarnya!
Starbucks Cianjur Masih Jual Dua Saset Kopi yang Ditarik BPOM
2 Anak Jadi Korban Cibul, BPOM Buat Pedoman Mitigasi untuk Pedagang
Kosmetik llegal Beredar di Pasaran, BPOM Gerebek dan Sita Produk Senilai Rp 7,7 Miliar