pendidikan

Moms Stres Hadapi Si Kecil? Ini Loh 10 Cara Efektif Mengatasi yang Keras Kepala Tanpa Emosi Memuncak

Rabu, 30 Oktober 2024 | 16:31 WIB
Ilustrasi Sabar dalam mendidik anak (Pexels)

RBG.id - Mendidik anak dengan sikap keras kepala memang bukan hal mudah.
 
Banyak orangtua sering kali kewalahan saat menghadapi anak yang menolak melakukan hal-hal sederhana seperti mengerjakan tugas sekolah, merapikan mainan, atau mandi. 
 
Meluapkan emosi dengan cara marah-marah tampaknya menjadi jalan keluar yang sering ditempuh, padahal cara ini tidak efektif dan justru bisa berdampak negatif bagi perkembangan anak.
 
Baca Juga: Jangan di Skip! Ini Dampak Negatif Terlalu Sering Menggunakan AC, Yang Terakhir Paling Sering Terjadi
 
Sikap keras kepala anak adalah bagian dari fase tumbuh kembang, terutama di usia 6-9 tahun.
 
Perilaku ini sering kali muncul karena anak ingin mengekspresikan kemauan mereka atau melihat batasan yang ada di sekitarnya. 
 
Namun, penting bagi orangtua untuk memahami sifat anak sebenarnya bentuk anak belajar soal kebebasan dan batasan perilaku yang diterima secara sosial. 
 
Baca Juga: Bukan Cuma Tom Lembong, Sosok Ini Juga Ikut Jadi Tersangka Kasus Dugaan Koruspi Impor Gula 2015 Silam
 
Berikut adalah sepuluh cara efektif menghadapi anak keras kepala tanpa harus marah-marah:
 
1. Dengarkan Anak dengan Baik
 
Anak keras kepala sering merasa, pendapat mereka tidak dihargai yang memicu perlawanan.
 
Cobalah beri perhatian penuh saat mereka berbicara tanpa menyela.
 
Baca Juga: Moms Bantu Si Kecil Kelola Emosi Sejak Dini, Yuk Jadikan Anak Tumbuh Bahagia dan Penuh Empati
 
Validasi perasaan mereka dan ketika mereka merasa didengar, mereka akan lebih terbuka untuk mendengarkan balik apa yang anda katakan.
 
2. Hindari Sikap Memaksa
 
Saat anak merasa terpaksa, otomatis mereka akan mengaktifkan mode perlawanan.
 
Alih-alih langsung melarang atau menyuruh, misalnya meminta anak berhenti menonton TV, beri peringatan dengan nada lembut, “Sayang, kamu punya 10 menit lagi, lalu waktunya berhenti, ya.”
 
Baca Juga: Resmi Tetapkan Tom Lembong dalam Kasus Korupsi Impor Gula, Apa Saja Tugas dan Kewenangan Kejaksaan Agung?
 
3. Berikan Pilihan
 
Memberi pilihan yang terbatas membantu anak merasa memiliki kendali tanpa keluar dari batas yang diinginkan orangtua.
 
Contoh, saat anak enggan makan sayur, berikan pilihan sederhana yang membuat anak merasa terlibat sehingga lebih mungkin mengikuti tanpa merasa dipaksa.
 
Baca Juga: Thailand Temukan Residu Bahan Kimia Berbahaya di Anggur Shine Muscat, Bagaimana di Indonesia?
 
4. Tetap Tenang dan Sabar
 
Sikap keras kepala anak kerap membuat orang tua frustrasi, namun kemarahan hanya membuat masalah semakin rumit.
 
Sebaliknya, cobalah tarik napas dan atur nada suara agar tetap tenang.
 
Ketika anak melihat respons yang tenang, mereka akan belajar meniru sikap tersebut dan suasana lebih kondusif untuk berdialog.
 
Baca Juga: Heboh Soal Anggur Muscat Hijau Diduga Mengandung Zat Berbahaya, Begini Saran Kementerian Kesehatan RI
 
5. Biarkan Anak Belajar dari Pengalaman
 
Pengalaman adalah guru terbaik. Jika anak ingin sesuatu yang mungkin akan mengecewakan, selama aman, biarkan mereka mencobanya dan alami konsekuensinya. 
 
Misalnya, jika anak tetap ingin bermain meskipun Anda sudah mengingatkan akan lelah, biarkan.
 
Ketika mereka merasa lelah, mereka akan lebih paham pentingnya istirahat tanpa perlu dinasihati berulang kali.
 
Baca Juga: Anies Baswedan Kaget! Mantan Bos Tom Lembong Angkat Suara Terkait Kasus Korupsi Impor Gula
 
6. Ajak Bekerja Sama
 
Dengan mengajak anak bekerja sama, seperti dalam aktivitas membersihkan mainan atau memasak bersama, anak merasa dihargai dan memiliki peran.
 
Kalimat seperti “Ayo, kita lakukan bersama!” memberi mereka rasa tanggung jawab yang menyenangkan, membuat mereka lebih kooperatif dan bersedia mendengar arahan.
 
Baca Juga: Mapolda DIY Digeruduk Ribuan Santri: Kecam Pengedaran Minuman Keras dan Tuntut Kasus Penganiayaan dan Penusukan di Yogyakarta
 
7. Bangun Diskusi
 
Mengajak diskusi memberi anak rasa dihargai dan melatih logika mereka. Jika anak menolak tidur, misalnya, tanyakan alasan dan jelaskan manfaat tidur.  kemudian jelaskan dengan bahasa yang bisa mereka mengerti.
 
8. Ciptakan Lingkungan Positif 
 
Suasana di rumah sangat berpengaruh pada suasana hati dan perilaku anak. Ketika anak tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih, pengertian, dan ketenangan, mereka akan merasa aman dan lebih tenang dalam merespons peraturan.
 
Baca Juga: Menteri Hanif Faisol akan Stop Rumah Makan Dan Hotel Buang Sampah Ke TPA
 
Menghindari pertengkaran di depan anak dan memberikan perhatian positif menjadi dasar bagi perkembangan mental mereka.
 
9. Pahami Cara Berpikir Anak
 
Orang tua sering lupa bahwa anak juga bisa mengalami stres, bosan, atau merasa tidak nyaman, yang mungkin membuat mereka bersikap keras kepala. 
 
Contoh, jika anak sedang sulit fokus saat belajar, cobalah tanyakan, “Kamu lagi capek atau bosan? Mau istirahat sebentar?” Ini membantu mereka belajar mengenali dan mengungkapkan perasaan.
 
Baca Juga: Segini Harta Kekayaan Tom Lembong, Eks Mendag dan Timses Anies Baswedan Usai Ditetapkan Jadi Tersangka Korupsi Impor Gula
 
10. Ajarkan Perilaku Baik dengan Contoh
 
Anak-anak meniru apa yang mereka lihat, jadi penting untuk memberikan contoh nyata. Jika ingin anak rapi, perlihatkan kebiasaan rapi dari orang tua. 
 
Ketika mereka mengikuti instruksi atau bersikap baik, jangan ragu memberi pujian tulus. Ini memperkuat perilaku positif dan mengajarkan anak untuk belajar dengan mengikuti contoh baik. 
 
Dengan menerapkan langkah-langkah ini secara konsisten, orangtua dapat membangun hubungan yang sehat dan penuh kasih dengan anak. 
 
Baca Juga: Catatan Head to Head AC Milan vs Napoli di Serie A Italia 2024-2025, Siapa Lebih Unggul?
 
Sifat keras kepala yang muncul seiring perkembangan anak dapat diarahkan untuk membentuk karakter yang baik, seperti disiplin dan empati, asalkan dihadapi dengan kesabaran dan pendekatan yang tepat.***
 

Tags

Terkini