RBG.ID-BOGOR, Tak hanya Jakarta, kualitas udara di Kota Bogor juga mendapat sorotan. Beberapa kalangan menyebutkan kalau kualitas udara di Kota Hujan ini kurang baik buat kesehatan.
Kondisi ini pun mendapat tanggapan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor. Dinkes sudah malakukan pemantauan untuk memonitor polusi udara di Kota Bogor.
Kepala Dinkes Kota Bogor, Sri Nowo Retno mengatakan, melalui pemantauan yang dilakukannya tingkat PM2,5 di Kota Bogor saat ini sebesar 73 sehingga kualitas udara cukup baik bagi dan tidak berdampak pada kesehatan.
Baca Juga: Lomba Peragaan Busana Nusantara Festival Merah Putih di Kota Bogor Perkuat Warisan Budaya
Pemantauan juga senantiasa dilakukannya pada survailens penyakit yang berpotensi timbul akibat fenomena buruknya kualitas udara yakni Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pneumonia dan non pnemonia.
“Kami mendorong untuk semua fasilitas kesehatam untuk melakukan pencatatan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) sehingga terpantau,” ujar Retno saat ditemui Radar Bogor, Sabtu (19/8/2023).
Retno menyatakan, data ISPA di Kota Bogor selama tahun 2023 tidak terjadi peningkatan kasus yang signifikan, bahkan tren kasus ISPA Pneumonia menurun periode Mei-Juli 2023. Kasus ISPA yang meningkat di Jakarta beberapa hari terakhir ini tidak berdampak terhadap kasus ISPA di Kota Bogor.
Baca Juga: Ini Dia Nama-nama Anggota Bawaslu Kabupaten dan Kota Terpilih Periode 2023-2028 di Bali
“Di bulan Mei 2023 terdapat 627 kasus, meningkat di bulan Juni 2023 sebanyak 646 kasus, kemudian menurun kembali di bulan Juli 2023 yakni 629 kasus,” beber Retno.
Dari keseluruhan kasus tersebut, penderita terbanyak untuk kasus ISPA Pneumonia didominasi oleh kelompok umur 0-<5 tahun dengan rata-rata kasus per bulannya 301 kasus (periode Mei-Juli 2023).
Sementara itu, berdasarkan grafik ISPA non Pneumonia tahun 2023 berdasarkan kelompok umur, tidak terdapat tren peningkatan kasus yang signifikan dalam periode Januari sampai dengan Juli 2023. Tren kasus cenderung stabil dan tidak ada peningkatan kasus dua kali lipat dari periode sebelumnya.
Retno mengatakan pihaknya akan terus meningkatkan surveilans terhadap tren kasus mingguan yang diinput melalui aplikasi SKDR dan melakukan respon 24 jam terhadap alert ISPA yang muncul dari setiap Puskesmas.
“Selain itu, kami juga meningkatkan kegiatan surveilans berbasis masyarakat dan surveilans berbasis rumah sakit agar setiap laporan dapat segera tertangani dengan harapan penularan dapat ditekan,” jelas dia.
Ia mengimbau masyarakat untuk meningkatkan daya tahan tubuh selama menghadapi kondisi buruknya kualitas udara yang dibarengi minimnya curah hujan.
Artikel Terkait
Curhatan Warga Tak Tahan Polusi Udara di Jakarta Hingga Akhirnya Beralih Naik Bus TransJakarta
Atasi Polusi Udara di Kota Bogor, Bima Arya Ajak Gubernur Jabar Patungan Tambah Bus Transpakuan
Ridwan Kamil Bakal Terapkan WFH untuk Menekan Polusi Udara di Bodebek
Demi Kurangi Polusi Udara di Jakarta, Pemerintah Akan Buat Hujan Buatan Pada 19–21 Agustus
Hujan Buatan Atasi Polusi Udara Jakarta, Begini Cara Kerja Modifikasi Cuaca