Menurut dia, potensi bisnis warung ritel Indonesia sebesar Rp817 Triliun per tahun dan mengontrol 70 persen dari bisnis ritel FMCG di Indonesia, yang melatarbelakangi berbagai perusahaan ritel, perusahaan layanan pembayaran, hingga perusahaan yang berbasis teknologi menjadikan warung tradisional sebagai jantung dari inisiatif online-to offline (O2O).
Mereka bekerjasama dengan warung ritel tradisional dengan mengusung konsep ritel baru yang mengkombinasikan sistem belanja online dan offline, yang disebut new retail.
New retail sebagai konsep hybrid akan membantu toko dan warung ritel tradisional untuk beradaptasi dengan dunia digital.
Dalam era transformasi digital new retail, digitalisasi warung tradisional diharapakan sektor warung ritel tradisional ini bisa “naik kelas”, dengan dibantu oleh teknologi yang ada dengan menjadikan warung sebagai mitra baru dalam bisnis O2O oleh perusahaan ritel, pemain fintech maupun pemain startup yang berbasis teknologi.
Warung ritel tradisional, dengan adanya transformasi digital, dapat belanja ragam produknya lewat platform digital melalui aplikasi website dari pemasok, dengan sistem pembayaran, logistik, hingga rantai pasokan yang lebih efisien.
Era transformasi digital new retail, kata Mujianto, ditandai dengan munculnya perusahaan yang berbasis teknologi sebagai pemasok barang dagangan ke warung ritel tradisional dengan berbagai format dan bentuk bisnis baru dalam bisnis ritel digital seperti Mitra Bukalapak, Mitra Tokopedia, Warung Pintar, GoToko, GrabKios, Wahyoo, Star Up Dagangan, KitaBeli.com, Mitra SRC (Sampoerna Ritel Strategic), Mitra DRP (Djarum Ritel Partnership), Mitra GGSP (Gudang Garam Strategic Partnership), Gudang Ada, Pawon Grosir, GrabGrosir, dan lain lain.
Baca Juga: Aksi Penyerang Sekelompok Pemuda Terhadap Warga di Jalan Pejuang, Bekasi
Perusahaan yang berbasis teknologi sebagai pemasok barang dagangan ke warung tradisional tersebut bertujuan juga untuk membangun eco-system, memperbesar customer base dan untuk memperluas jaringan offline channel.
Hal ini, menunjukkan semakin agresifnya persaingan dalam dunia new retail.
Sementara, pemasok untuk barang dagangan ke warung tradisional yang sudah ada seperti Indogrosir, Lotte Grosir, Alfamikro/Aksesmu unit bisnis Alfamart Groups, distributor, maupun agen grosir tradisional tentunya juga harus berbenah diri dalam menghadapi persaingan sebagai pemasok kepada warung ritel tradisional ini.
Di sisi lain warung ritel tradisional juga semakin banyak pilihan dalam memilih dan menentukan pemasok dalam memenuhi kulakan barang dagangannya.
Penelitian yang dilakukan Mujianto, menggunakan metode penelitian survei terhadap 500 responden warung ritel tradisional yang sudah menjadi Member Alfamikro/Aksesmu di seluruh Indonesia dengan penetapan sampelnya secara Proportional Purposive Sampling.
Baca Juga: Cabuli 9 Anak, Sepriyanto Ayub Snae Divonis Hukuman Mati
Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus 2021 sampai dengan November 2021.
Penelitian ini untuk mengetahui tingkat loyalitas warung ritel tradisional terhadap pemasok, mengetahui pengaruh dari variabel variabel yang mempengaruhi loyalitas warung ritel terhadap pemasok, baik secara langsung maupung lewat peran mediasi, dan juga membangun model loyalitas warung ritel tradisional terhadap pemasok dalam era transformasi digital.
Penelitian selanjutnya dengan InDept interview dengan para pakar bisnis ritel FMCG yang terdiri dari Top management Pemasok, Management Prinsipal, Asosisasi Pengusaha Ritel Indonesia, KADIN, dan Akademisi yang sekaligus sebagai praktisi ritel untuk membuat strategi strategi yang tepat dalam rangka meningkatkan loyalitas warung ritel tradisional terhadap pemasok dalam era transformasi digital.
Tim pembimbing disertasi Mujianto terdiri dari Dr. Ir. Hartoyo, MSc, sebagai Promotor. Prof. Dr.Ir.Rita Nurmalina MS, dan Dr. Ir. Eva Z Yusuf, MM sebagai Co-Promotor. Sedangkan tim pengujinya adalah Prof. Dr. . Mukhamad Najib, STP,MM. Guru Besar IPB University yang juga menjabat Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di Canberra dan Dr. Ir. Mohammad Rudy Salahuddin, MEM yang juga menjabat sebagai Deputi IV Bidang Koordinasi Ekonomi Digital. Ketenagakerjaan, dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kemenko Perekonomian.
Mujianto memaparkan model loyalitas dalam disertasinya memperlihatkan bahwa pembentukan loyalitas warung ritel tradisional terhadap pemasok dalam era transformasi digital di Indonesia ditunjukkan dengan adanya website quality dari pemasok berupa aplikasi pemesanan yang, mudah dipahami, aplikasi yang mudah dimengerti, yang memberikan informasi yang dapat dipercaya, aplikasi yang mudah digunakan oleh warung ritel untuk pemesanan kulakan barang dagangan dan aplikasi yang aman untuk transaksi kulakan warung ke pemasok.
Artikel Terkait
Resmi Dilantik, Arif Satria Targetkan IPB Jadi Techno-Socio Entrepreneurial University
IPB Lahirkan Rumusan Model Komunikasi Kolaboratif di Geopark Nasional Pongkor
Makan Enak Aneka Kuliner di Sekitaran Kampus IPB Dramaga Hanya Rp 20 Ribu
IPB Gandeng Seoul National University dalam Mengembangkan Inovasi Lingkungan dan Biosains
MWA Tetapkan Empat Wakil Rektor IPB University Periode 2023-2028, Berikut Nama-namanya