Pertama, ekpektasi Budiman Sudjatmiko. Setelah dia menjadi anggota legislatif pada periode 2014-2019, pada Pemilu berikutnya tidak terpilih kembali sebagai anggota legisltif, karena sangat mungkin lebih disebabkan pindah daerah pemilihan yang tentu saja belum mampunyai basis konstituen, padahal sangat mungkin jika masih mencalonkan di daerah pemilihan yang lama, bisa jadi terpilih kembali karena sudah mempunyai modal basis pemilih.
Baca Juga: MRT Tetap Beroperasi Layani Warga saat Pelaksanaan KTT ASEAN 5-7 September 2023
Pasca kekalahannya tersebut, dia diberikan “permen”, yaitu salah satu komisaris di BUMN yang tidak bagus-bagus amat.
Saya yakin bahwa jabatan itu diluar ekspektasinya. Berharap mendapatkan posisioning yang kuat di depan Megawati dan PDIP, tidak juga didapatkan, walaupun berbagai fermorma sudah dia kuatkan.
Mungkin ferforma Budiman Sudjatmiko lebih dominan pada tataran “arsy” pemikiran, tidak terlihat yang kongkrit.
Padahal politik saat ini prinsipnya “yang kongkrit-kongkrit” aja bung.
Baca Juga: Ganjil Genap Diterapkan 24 Jam? Begini Tanggapan Polda MetroJaya
Begitupun dengan Bukit Algoritma, yang dia cita-citakan menjadi “slicon valley” nya Indonesia sampai saat ini juga masih terkesan “mengawang-ngawang” sejak peletakan batu pertama bulan juni 2021 sampai saat ini masih merupakan tanah kosong 888 hektare, adapun beberapa banguna yang ada pun sudah terbengkalai.
Entah bagaimana nasibnya ke depan, mungkin Budiman menyakini bahwa Bukit Algoritma akan bisa terwujud bila prabowo jadi presiden.
Kedua, Kekecewaan yang akut. Dalam beberapa media, budiman menyatakan kesedihannya jika PDIP sampai memecatnya, karena PDIP (yang kemudian bermetamorfosis menjadi PDIP) adalah satu-satunya partai yang sudah menrik perhatiannya sejak berusia 6 tahun.
Baca Juga: Cara Perpanjang SIM Melalui Aplikasi Korlantas
Kekecewaan yang sangat mendalam jika Budiman Sudjatmiko sampai berubah haluan 180 derajat. Bisa difahami kekecewaan Budiman, bagaimana tidak Kehadirannya di PDIP dianggap tidak ada.
Buktinya posisi politik apapun tidak dia dapatkan, setelah dia kalah pada pemilu 2019.
Ketiga, Membangun Komunikasi dengan Prabowo sudah lama. Jauh sebelum “musim copras-capres” menjelang kontestasi 2024, komunikasi antara Budiman Sudjatmiko dengan Prabowo sudah dilakukan secara intensif.
Saya membaca titik temu komuniasinya antara konsetrasi Prabowo dengan teknologi ALUTSISTA (Alat Utama Sistem Pertahanan) dan Budiman Sudjatmiko yang bermimpi menciptakan pusat pengetahuan dan teknologi melalui Bukit Algoritma.