opini

Globalisasi dan Merdeka Belajar

Senin, 17 April 2023 | 19:19 WIB
Prima Gandhi, Wakil Manajer Sekolah Vokasi IPB Sukabumi/Dosen Sekolah Vokasi, IPB University. (dok.pribadi)

RBG.ID - Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi komunikasi dan transportasi membuat alokasi sumberdaya semakin efisien serta efektif. Seluruh penduduk bumi, kapan dan dimana pun dapat terhubung atau bersaing dalam segala hal dengan mudah sehingga seolah bumi seperti berada diatas sebuah pinggan datar. Inilah realitas globalisasi yang mau tidak mau harus kita hadapi.

Di tengah derasnya arus globalisasi, kita patut bersyukur ketika tiga tahun lalu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menerbitkan Surat Edaran (SE) Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Merdeka Belajar dalam Penentuan Kelulusan Peserta Didik dan Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Ajaran 2020/2021. SE No 1 Tahun 2020 menjadi tonggak adaptasi pelajar dan mahasiswa menghadapi arus globalisasi yang tidak mungkin dilawan.

Merdeka belajar merupakan kebijakan yang dirancang Kemendikbud menghasilkan peserta didik unggul dalam menghadapi kompleksitas tantangan masa depan dengan mengedepankan kemerdekaan berpikir bagi peserta didik dan pendidik. Merdeka belajar mendorong terbentuknya karakter jiwa merdeka. Dimana pendidik dan peserta didik leluasa mengeksplorasi pengetahuan, sikap dan keterampilan dari lingkungan belajar.

Baca Juga: 2.791 Personil Gabungan Disiagakan di Pos-Pos Pengamanan Arus Mudik Lebaran

Merdeka belajar mendorong peserta didik belajar dan mengembangkan dirinya membentuk sikap peduli terhadap lingkungan, percaya diri dan adaptif terhadap perubahan baik tingkat lokal, nasional maupun global. Dalam proses pembelajaran merdeka belajar peserta didik wajib memiliki empat karateristik yaitu merdeka berpikir, berinovasi, belajar mandiri dan kreatif. Pertama, merdeka berpikir. Merdeka berpikir akan terimplemetasi apabila pendidik menjadi teman belajar bagi peserta didik. Pendidik sebagai teman belajar peserta didik wajib mendesain pembelajaran menyenangkan agar peserta didik memiliki kesadaran diri dan merdeka dalam menentukan pilihan cara belajarnya. Pendidikan yang bersifat demokratis mendukung peserta didik mendapat kebebasan dan kemerdekaan belajar baik terkait materi atau strategi serta media pembelajaran.

Kedua, merdeka berinovasi bagi peserta didik dapat dikembangkan melalu penerapan model-model pembelajaran inovatif. Inovasi adalah salah satu tujuan dalam pendidikan. Sebab inovasi mengarahkan pada efisiensi dan efektivitas dari subyek yang dipelajari. Ketiga, merdeka belajar mandiri dan kreatif. Sebagai proses atau metode belajar maka belajar mandiri menjadi tanggungjawab peserta didik. Peserta didik bertanggungjawab untuk merencanakan, melaksanakan kegiatan belajar sampai mengevaluasi kegiatan belajaranya sendiri. Harapannya dengan belajar mandiri, peserta didik dapat bertanggungjawab dan aktif dalam proses belajarnya baik disekolah maupun diluar sekolah.

Keempat, merdeka kreatif. Merdeka kreatif adalah pemikiran yang mengarah kepada solusi dan berwawasan luas. Untuk mewujudkannya, kegiatan pembelajaran harus didesain pendidik dalam rangka meningkatkan kreativitas siswa. Dibutuhkan strategi dan media pembelajaran yang mampu memfasilitasi pola pikir kreatif peserta didik. Contoh strategi yang dapat digunakan adalah mengenalkan literasi terhadap teknologi, kemampuan berkomunikasi intrapersonal, berkolaborasi dan keterampilan belajar mandiri.

Baca Juga: Dampak Demo Sopir Angkot, Puluhan Penumpang Terlantar di Terminal Laladon

Dampak Merdeka Belajar dan Berbudaya

Sebelum kebijakan merdeka belajar diberlakukan, sulit dijumpai Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sekolah Menengah Atas (SMA) bekerjasama dengan lembaga pendidikan negara-negara maju. Padahal kerjasama merupakan jalan untuk berbagi pengalaman, kreatifitas serta membentuk cara berfikir baru sebelum adanya transfer ilmu ataupun teknologi.

Kini, pasca pemberlakuan kebijakan kampus merdeka, tidak sedikit SMA, SMP, SD bekerjasama dengan lembaga pendidikan di negara maju. Contohnya adalah SMP dan SMA Sinar Cendekia Tangerang Selatan yang bekerjasama dengan Okayama Gakugeikan High School, Jepang. Kedua lembaga pendidikan ini bertukar informasi secara daring dan melakukan perencanaan kegiatan bersama tentang upaya mewujudkan Sustainable Development Goal’s dengan caranya dan di negara masing-masing.

Apa yang dilakukan pelajar SMA Sinar Cendekia ini bentuk praksis dari merdeka berlajar. Dimana praktik kegiatan ini dikonversi menjadi nilai mata pelajaran, terjadi transfer pengetahuan juga budaya dari mitra berkualitas dan terkemuka serta memperluas jaringan hingga ke luar negeri. Disadari atau tidak, dengan merdeka belajar para pelajar Indonesia bisa mengetahui apa yang terjadi di Jepang secara real time dan harapannya kelak akan mampu bersaing dipentas global.

Baca Juga: PSM Makassar Jadi Juara Liga 1, Begini Penampakan Pialanya yang Berbeda dari Musim Sebelumnya

Hemat penulis, terlihat muncul rasa bahagia saat para pelajar SMA Sinar Cendekia memiliki pengalaman baru berkomunikasi dengan siswa Okayama Gakugeikan High School. Inilah yang disebut dampak kebahagian bagi peserta didik saat mengimplementasikan merdeka belajar. Praktik merdeka belajar yang tepat akan menciptakan iklim belajar menyenangkan, suasana bahagia bagi peserta didik maupun pendidik. Segala sesuatu dilakukan untuk kebahagiaan.

Tags

Terkini

Sudah Siapkah Kita Menerima Hasil Pemilu 2024?

Kamis, 4 Januari 2024 | 09:55 WIB

Memaksimalkan Peran Penjabat (Pj.) Bupati Bogor!

Senin, 1 Januari 2024 | 19:59 WIB

Netralitas Presiden Jokowi di Meja Makan

Selasa, 31 Oktober 2023 | 13:33 WIB

Mahasiswa dan Organisasi Hari Ini, Masihkah Relevan?

Senin, 30 Oktober 2023 | 15:31 WIB

PDIP Tidak Tegas atau Gibran Tidak Beretika?

Senin, 30 Oktober 2023 | 09:52 WIB

Emang Boleh se-Barbar Ini Mas Wali?

Minggu, 22 Oktober 2023 | 18:16 WIB

Bendera Putih Mulai Dikerek Naik di Rumah Merah PDIP

Minggu, 22 Oktober 2023 | 09:07 WIB