Minggu, 21 Desember 2025

Asal muasal Pemilu & Polling/Survey: Rakyat Perlu Tahu

- Jumat, 30 Juni 2023 | 14:06 WIB
Sachnaz Desta Oktarina Ph.D
Sachnaz Desta Oktarina Ph.D

Namun ketika disandingkan dengan real count, Landon ternyata hanya mendapatkan 36% suara saja sehingga Roosevelt menang telak.

Baca Juga: Tayang Perdana 1 Juli, 4 Alasan Nonton Serial My Nerd Girl 2 yang Dibintangi Naura Ayu

Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Jawaban dari pertanyaan ini dapat ditelisik dengan mempelajari hakikat Survey itu sendiri. Tidak ada survey yang sempurna, karena sejatinya survey hanya digunakan untuk “menduga” parameter populasi.

Ada potensi margin of error di dalamnya. Manifestasi error pada survey/ polling ini salah satunya adalah bias pengambilan sampel karena kurangnya cakupan kerangka pengambilan sampel dan sampel yang tidak acak.

Kebetulan di tahun tersebut, Amerika Serikat mengalami “Great Depression”. Mereka yang menerima kuesioner pada umumnya adalah golongan ekonomi atas yang ditandai dengan kepemilikan mobil dan keanggotaan country club.

Baca Juga: Koneksi Ketiga Tata - Lionel Messi

Dengan demikian kuesioner tersebut hanya menjangkau responden kaya. Orang kaya cenderung berasal dari Partai Republik, yakni partai politik Landon. Banyak pemilih potensial yang tidak ada dalam daftar kerangka sampel.

Selain itu, tidak ada jaminan bahwa subjek dalam kerangka sampel adalah pemilih yang terdaftar. Faktor kedua yang menyebabkan error pada survey ini adalah Non response bias.

Dari 10 juta orang yang menerima kuesioner, 7,7 juta orang tidak merespons. Seperti yang bisa diduga, orang-orang yang tidak senang dengan petahana (Roosevelt) lebih berniat untuk menjawab kuesioner tersebut.

Baca Juga: Netflix Umumkan Delapan Cast Baru Squid Game 2

Dikarenakan teknik pengambilan sampel yang tidak tepat, sejak saat itu, nasib nahas menimpa Literary Digest. Lembaga tersebut gulung tikar segera setelah pemilu 1936.

Pada periode pemilihan yang sama, Tersebutlah ada seorang tokoh yang baru saja meluncurkan lembaga jajak pendapat barunya, kemudian lembaga tersebut mensurvei 50.000 orang dan ternyata memprediksi bahwa Roosevelt akan menang.

Siapakah tokoh tersebut? Dialah George Gallup. Bahkan sampai sekarang, organisasi Gallup masih tetap ada. Tidak ayal, ketika kita mendengar kata polling atau survey, yang menjadi top of mind kita adalah Gallup polling, atau Gallup survey.

Baca Juga: Persebaya Surabaya Pede meski tanpa Paulo Victor

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Sudah Siapkah Kita Menerima Hasil Pemilu 2024?

Kamis, 4 Januari 2024 | 09:55 WIB

Memaksimalkan Peran Penjabat (Pj.) Bupati Bogor!

Senin, 1 Januari 2024 | 19:59 WIB

Netralitas Presiden Jokowi di Meja Makan

Selasa, 31 Oktober 2023 | 13:33 WIB

Mahasiswa dan Organisasi Hari Ini, Masihkah Relevan?

Senin, 30 Oktober 2023 | 15:31 WIB

PDIP Tidak Tegas atau Gibran Tidak Beretika?

Senin, 30 Oktober 2023 | 09:52 WIB

Emang Boleh se-Barbar Ini Mas Wali?

Minggu, 22 Oktober 2023 | 18:16 WIB

Bendera Putih Mulai Dikerek Naik di Rumah Merah PDIP

Minggu, 22 Oktober 2023 | 09:07 WIB
X