Sesuai dengan penjelasannya, itu jenazah dengan kasta terendah karena ditempatkan pula di bagian bawah tebing.
“Jenazah biasanya dikuburkan dengan harta bendanya. Itu salah satu alasan pula kenapa yang bangsawan atau kasta tinggi juga ditempatkan di bagian atas supaya harta yang dibawa bersama aman,” terang Andre.
Tebing tinggi itu jika dikejauhan di tangga keluar Londa akan terlihat ada peti mati tergantung. Tidak terbayang cara membawa peti mati itu.
Sayangnya, obyek wisata yang sudah ditetapkan UNESCO sejak tahun 2004 sebagai salah satu warisan budaya dunia itu tidak dikelola maksimal.
Tim pemandu hanya dijumpai di Londa. Itupun tidak memakai baju khusus mencirikan sebagai tour guide. Di Kete’Kesu tidak ada pemandu.
Infomasi tentang sejarah rumah Tongkonan dan Kuburan gantung hanya didapatkan dari prasasti yang berada di samping loket tiket. Itupun tidak terawat dengan baik.
Tiket masuk semua tempat wisata di Toraja Utara memang seragam. Rp15 ribu untuk wisatawan domestik dan Rp30 ribu untuk wisatawan mancanegara, menjadikan siapapun dapat masuk ke lokasi tersebut. Bahkan bisa free. Tidak ada penjagaan ketat.
Hal lain yang perlu direkomendasikan ketika berwisata di Tana Toraja, tidak perlu ragu untuk membeli oleh-oleh. Di Londa ada beberapa kios-kios penjual cenderamata.