Perjalanan yang semakin larut dilanjutkan menuju Enrekang. Kabupaten yang berada di kaki gunung Latimojong ini salah satu tujuan utama pada hari pertama.
Untuk mencapai wilayah ini, kami mesti melewati Kabupaten Pinrang. Ada satu lagi makanan khas di daerah ini yakni ’Nasu Palekko’.
Namun, tawaran mencicipi Pulu Mandoti di Enrekang membuat peserta ekspedisi rela mengosongkan perut. Meski hanya ditempuh kurang lebih dua jam dari Kota Pare-Pare, namun beberapa titik jalan rusak parah membuat perjalanan terasa lama.
Waktu sudah menunjukkan pergantian hari, namun semangat mencapai Dusun Kelimbua, Desa Botongan, Kecamatan Barakka tidak surut.
Di Kecamatan Barakka inilah, satu-satunya wilayah tempat tumbuhnya beras termahal dan langka di Indonesia bahkan dunia.
Melewati Bukit Tontonan, kurang lebih 10 km menelusuri Kecamatan Barakka, Dusun Kelimbua. Untuk mencapai lokasi, kami mesti menempuh jalan yang sempit, gelap, kanan kiri jurang menuju ketinggian. Tim sempat ragu melanjutkan perjalanan meski sudah dipandu melalui handpone.
Namun, dengan semangat yang diberikan Ketua Tim CEO Radar Bogor Group, Hazairin Sitepu, ia mengatakan pasti ada hal luar biasa yang menanti setelah sampai di sana. Akhirnya, kami pun tiba di kediaman Bapak Ansar Sayogia.
Suguhan beras ketan merah dengan nama Pulu Mandoti pun sudah tersedia meski sudah dini hari. Begitu pun dengan kopi khas Duri, suku Enrekang ini membuat mata kembali melek.