Jamuan dari salah satu sahabat bernama Haryuli ini di kediamannya cukup lengkap. Barongko, kue yang terbuat dari pisang dibungkus daun, dan dicampur telur, susu, gula, dan santan. Penganan ini merata dijumpai di semua wilayah yang ada di Sulsel.
Kue ini memang dikhususkan untuk acara-acara penting. Kemudian, ada katri Sala, kue perpaduan manis dengan beras keran di bagian bawah.
Kue ini bisa dijumpai di daerah lain seperti Jawa Barat. Kemudian, ada bolu cukke. Dinamakan bolu cukke karena kue bolu dengan gula aren ini ketika dikeluarkan dari cetakan dipanggang dengan cara di cukke (mencungkil).
Makanan lainnya adalah buroncong. Buroncong dinamakan kue pancong di Jawa Barat.
Adapula Jalangkote atau pastel. Jalangkote dimakan dengan saus yang diencerkan. ”Nama-namanya sulit disebut,” ujar Asep, konten kreator Pojoksatu yang berkali-kali salah menyebutkan nama Barongko.
Cemilan khas ini juga dijumpai di salah satu cafe Adapada yang menjual jajanan khas Bugis Makassar. Lagi- lagi, tersedia barongko di kafe ini. Ada juga kue taripang (kue gemblong).
Usai mengenyangkan perut di wilayah Makassar, perjalanan hari pertama, kami mengambil rute ke bagian Utara Sulsel untuk menyusuri Maros. Kami kembali melewati Bandara Sultan Hasanudiin. Kemudian, melewati Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Pangkep.
Di wilayah yang memiliki 115 pulau ini, Maros terkenal dengan Ikan Bakar Bandeng dengan nama Sop Saudara. Namun, karena makan siang sudah lewat, makanan tradisional Dange yang banyak dijual di pinggir jalan Poros Pangkep-Barru pun menjadi pilihan.