“2017 di Timika banyak yang meninggal,” jelas Anggraini Alam.
Periode September 2017 hingga Januari 2018 ada 646 anak di Timika yang mengalami campak.
Semakin parah dengan 144 diantaranya gizi buruk.
Akibatnya, 70 anak meninggal akibat campak dan gizi buruk.
Anggraini Alam memaparkan, suatu daerah disebut KLB ketika sebelumnya tidak ada kasus penyakit atau pernah ada kasus tapi jumlahnya melonjak.
Peningkatan kasus pada 2021 hingga 2022 mencapai 32 kali lipat.
Anggraini Alam mengapresiasi, surveilan dilakukan dengan baik sehingga, menemukan kasus yang cukup banyak.
“Peningkatan 32 kali lipat ini sangat mengejutkan,” papar Anggraini Alam.
Virus campak tersebut, kata Anggraini Alam, bisa masuk ke berbagai organ.
Tidak hanya kulit. Virus campak berpotensi masuk ke mata, paru, saluran pencernaan, dan yang paling buruk ke sistem imun.
Ada 3 fase orang terkena campak. Yakni adanya pilek, mata merah dan berair, serta batuk disertai muncul ruam. Biasanya ruam di pangkal rambut atau belakang telinga.
“Kalau ketemu pasien campak, muka anak seperti marah. Karean memang rasanya nggak enak, seperti demam dan pegal,” papar Anggraini Alam.
Kompliasi campak bisa menyerang beberapa organ. Jika menyerang mata, berisiko buta. Di mulut akan mengalami luka. Lalu karena saluran pencernaan terkena, akan diare.
”Kematian tertingi apabila campak sampai ke paru-paru,” ucap Anggraini Alam.
Selain itu, satu dari seribu anak yang terkena campak akan mengalami kerusakan otak.
Artikel Terkait
BIAN 2022, Dinkes Subang Siapkan Vaksin Campak Rubela
Kasus Campak Zimbabwe Naik Drastis
Berakhir Hari Ini, Capaian Vaksin Campak Rubela di Kota Bogor Baru 79 Persen
Waspada! Campak Sudah Mewabah di 31 Provinsi, Kenali Gejala Penyakit Ini