Senin, 22 Desember 2025

Hilirisasi Industri Kelapa Sawit Digeber, Ada Dua Kebijakan Percepatan Pertumbuhan Populasinya

- Rabu, 16 Agustus 2023 | 07:22 WIB
Sawit
Sawit

RBG.ID - SELAIN hasil tambang, kebijakan hilirisasi industri kelapa sawit juga digeber.

Caranya, meningkatkan nilai tambah komoditas melalui pengolahan kelapa sawit sehingga menjadi produk turunan yang memiliki nilai jual lebih tinggi.

Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika menyampaikan, beberapa keuntungan yang telah didapatkan dari program hilirisasi industri kelapa sawit, antara lain, optimalisasi penyerapan hasil produksi petani rakyat (smallholder), penyediaan bahan pangan, nonpangan, dan bahan bakar terbarukan, hingga membangkitkan ekonomi produktif berbasis industri pengolahan.

Baca Juga: 2 Tahun Sekali Tuan Rumah dan Juara Piala Dunia U-17 Selalu Berbeda, Inilah Data Lengkapnya dari Masa ke Masa

Menurut Putu, terdapat dua kebijakan utama dalam mempercepat pertumbuhan populasi industri hilir kelapa sawit.

Yaitu, kebijakan fiskal tarif bea keluar progresif sesuai rantai nilai industri serta insentif perpajakan bagi investasi baru atau perluasan sektor industri oleofood, oleokimia, dan biofuel.

”Dua kebijakan itu sangat efektif dalam mendorong hilirisasi industri kelapa sawit,” imbuhnya.

Baca Juga: Hari Ini Kenaikan Gaji PNS akan Diumumkan di Sidang Tahunan, Berikut Jadwal Lengkapnya.

Putu menerangkan, hilirisasi kelapa sawit konsisten dijalankan sejak 2007.

Pada saat itu, kontribusi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sekitar 60 persen dari total ekspor kelapa sawit nasional.

Padahal, CPO digunakan sebagai bahan baku industri pangan, nonpangan, dan biofuel di negara tujuan ekspor sehingga nilai tambahnya kurang dinikmati domestik.

Baca Juga: Presiden Joko Widodo Ingin Indonesia Melaju ke Babak Final Piala Dunia U-17

”Melalui kebijakan bea keluar yang berorientasi proindustri, pertumbuhan kapasitas produksi industri minyak goreng, oleofood, oleokimia, dan biodiesel meningkat secara signifikan,” tutur Putu.

Pada 2010, kapasitas pabrik pengolahan CPO (refinery) hanya sekitar 25 juta ton.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Artikel Terkait

Terkini

X