RBG.ID - Operasional Bus Rapid Transit (BRT) Bandung raya rute Padalarang - Leuwi Panjang di kawasan Kota Baru Parahyangan, Kabupaten Bandung Barat, Akhirnya Diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Transportasi massal bus berbasis listrik tersebut berasal dari bantuan Kementerian Perhubungan dengan total 20 unit.
"Hari ini kita resmikan pengoperasian 20 bus dari bantuan Kemenhub dengan rute Padalarang - Leuwipanjang," ujar Ridwan Kamil.
Baca Juga: Ibunda Tak Sudi Aldila Jelita Rujuk dengan Indra Bekti, Singgung Kaum Nabi Luth
Kang Emil sapaan akrabnya menuturkan, transformasi transportasi massal berbahan bakar listrik tersebut merupakan komitmen Pemda Provinsi Jabar menghadirkan kendaraan ramah lingkungan, khususnya di kawasan aglomerasi Bandung Raya.
"Transformasi transportasi massal di Bandung Raya sedang kita akselerasi. Inilah masa depan bahwa transportasi massal di Jabar, khususnya bus berbasis listrik. Butuh waktu, tapi OTW (on the way) menuju ke sana," ujar Kang Emil.
Adapun total rute BRT Bandung Raya berjumlah 20 rute melintasi kawasan Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Sumedang.
Baca Juga: 7 Fakta Peresmian LRT Jabodebek: Tarif, Jam Operasional, Stasiun, Lama Waktu Kedatangan Kereta
Kang Emil mengatakan, ke-20 rute BRT tersebut belum termasuk penguatan transportasi massal berbasis rel dan kereta gantung (cable car).
"Total BRT 20 rute digabungkan nanti penguatan transportasi massal berbasis rel dan cable car," sebutnya.
Gabungan transportasi massal BRT, rel, dan kereta gantung itu diyakini akan meningkatkan penggunaan kendaraan umum masyarakat Bandung Raya dari 14 persen menjadi 50 persen.
Baca Juga: Sudah Berjalan 8 Tahun, Ini Realisasi Program Sejuta Rumah Jokowi
"Ini akan mengonversi dari 14 persen warga Bandung Raya yang menggunakan kendaraan umum menjadi minimal 50 persen, itu yang dulu saya paparkan ke Pak Jokowi," kata Kang Emil.
Ia optimistis dalam kurun waktu 10 sampai 15 tahun ke depan target 50 persen akan tercapai. Anggaran transportasi yang dibutuhkan untuk mewujudkan hal itu sebesar Rp100 triliun.
"Dalam hitungan 10 sampai 15 tahun mimpi transformasi transportasi massal itu akan terwujud dengan total butuh kurang lebih Rp100 triliun," ucap Kang Emil.
Baca Juga: Berangsur Membaik, Begini Kondisi di TPA Sarimukti
Apabila transformasi transportasi massal ini tidak dilakukan, maka dalam tujuh tahun ke depan diprediksi kemacetan di Bandung Raya akan semakin parah.
"Kalau tidak dilakukan, maka dalam hitungan tujuh tahun ke depan keluar rumah sudah macet total. Jadi ini adalah upaya dari kita terus menghadirkan transportasi massal yang maksimal," pungkas Kang Emil.