Dari ‘Aisyah (diriwayatkan) ia berkata: Pernah terjadi gerhana Matahari lalu Rasulullah saw memerintahkan seseorang menyerukan aṣ-ṡalātu jāmi‘ah. Kemudian orang-orang berkumpul, lalu Rasulullah saw salat mengimami mereka. Beliau bertakbir ...., kemudian membaca tasyahhud, kemudian mengucapkan salam. Sesudah itu beliau berdiri di hadapan jamaah, lalu bertahmid dan memuji Allah, kemudian bersabda: Sesungguhnya Matahari dan Bulan tidak mengalami gerhana karena mati atau hidupnya seseorang, akan tetapi keduanya adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah. Oleh karena itu apabila yang mana pun atau salah satunya mengalami gerhana, maka segeralah kembali kepada Allah dengan zikir melalui salat [HR. an-Nasai].
Baca Juga: Kronologi Jembatan Kaca di Banyumas Pecah hingga Tewaskan 1 Wisatawan
Dari ‘Aisyah, istri Nabi saw, (diriwayatkan) ia berkata: Pernah terjadi gerhana Matahari pada masa hidup Nabi saw. Lalu beliau keluar ke mesjid, kemudian berdiri dan bertakbir dan orang banyak berdiri bersaf-saf di belakang beliau. Rasulullah saw membaca (al Fatihah dan surah) yang panjang, kemudian bertakbir, lalu rukuk yang lama, kemudian mengangkat kepalanya sambil mengucapkan sami‘allāhu li man ḥamidah, rabbanā wa lakal-ḥamd, lalu berdiri lurus dan membaca (al-Fatihah dan surah) yang panjang, tetapi lebih pendek dari yang pertama, kemudian bertakbir lalu rukuk yang lama, namun lebih pendek dari rukuk pertama, kemudian mengucapkan sami‘allāhu li man ḥamidah, rabbanā wa lakal-ḥamd, kemudian beliau sujud. Sesudah itu pada rakaat terakhir (kedua) beliau melakukan seperti yang dilakukan pada rakaat pertama, sehingga selesai mengerjakan empat rukuk dan empat sujud. Lalu matahari terang (lepas dari gerhana) sebelum beliau selesai salat. Kemudian sesudah itu beliau berdiri dan berkhutbah kepada para jamaah di mana beliau mengucapkan pujian kepada Allah sebagaimana layaknya, kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya Matahari dan Bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak mengalami gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu melihatnya, maka segeralah salat [HR Muslim].
Baca Juga: Targetkan 12,1 Juta Hunian Dibangun, Pemerintah Bebaskan Pajak PPN Untuk Rumah di Bawah Rp 2 Miliar
Waktu Salat Gerhana
Salat gerhana dilaksanakan pada saat terjadi gerhana sampai dengan usai gerhana, baik pada saat gerhana Matahari maupun gerhana Bulan, pada gerhana total atau gerhana sebagian.
Apabila gerhana usai sementara salat masih ditunaikan, maka salat tetap dilanjutkan dengan memperpendek bacaan.
Orang yang dapat mengerjakan salat gerhana adalah mereka yang mengalami gerhana atau berada di kawasan yang dilintasi gerhana. Orang yang berada di kawasan yang tidak dilintasi gerhana tidak perlu mengerjakan salat gerhana.
Baca Juga: Viral Video Megawati Terlihat Hempaskan Tangan Jokowi, Begini Klarifikasi Puan Maharani
Tata Cara Salat Gerhana
Salat gerhana dilaksanakan secara berjamaah, tanpa azan dan ikamah. Dilaksanakan dua rakaat, pada setiap rakaat melakukan rukuk, qiyam dan sujud dua kali.
Salat gerhana boleh dilakukan di tanah lapang ataupun di masjid. Urutan tata cara salat gerhana adalah sebagai berikut:
1. Imam menyerukan aṣ-ṣalātu jāmi‘ah.
2. Takbiratulihram, lalu membaca surah al-Fatihah dan surah panjang dengan jahar.
Artikel Terkait
6 Hal yang Dilakukan Seorang Muslim Laki Laki Sebelum Salat Jumat di Masjid, Bisa Menambah Pahala
Usai Salat Jumat di Masjid, 6 Hal Ini yang Bisa Dilakukan Seorang Muslim Laki Laki
Menikah di Bulan Maulid Mendatangkan Kesialan? Begini Penjelasan Kemenag
Wajib Tahu! Ini 5 Tradisi Unik Rayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di Berbagai Nusantara
Sejarah, Tema, dan Link Unduh Logo Hari Santri Nasional 2023 yang Diperingati Tiap 22 Oktober
Kumpulan Twibbon Unik dan Gratis Untuk Peringatan Hari Santri Nasional 2023, Pasang Foto Terbaikmu di Sini!
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 H: Hikmah Akhlak dan Tingkah Laku Rasulullah