RBG.id - Menghadapi anak yang mudah marah dan emosional bisa menjadi tantangan tersendiri bagi orangtua.
Namun, penting untuk memahami ekspresi emosi pada anak, termasuk kemarahan, merupakan hal yang wajar.
Sama seperti orang dewasa, anak-anak memiliki berbagai perasaan bahagia, sedih, cemas, hingga marah dan mereka masih belajar cara mengekspresikannya dengan tepat.
Baca Juga: Anies Baswedan Kaget! Mantan Bos Tom Lembong Angkat Suara Terkait Kasus Korupsi Impor Gula
Karena belum mampu mengelola emosinya dengan baik, anak cenderung mengekspresikan rasa marah dengan berteriak, menangis, atau bahkan mengamuk.
Meski begitu, orang tua tak perlu khawatir atau terburu-buru untuk menenangkan dengan cara memberi apa yang anak minta.
Berikut ini cara mengontrol emosi anak yang efektif bagi orangtua:
Baca Juga: Thailand Temukan Residu Bahan Kimia Berbahaya di Anggur Shine Muscat, Bagaimana di Indonesia?
1. Ajarkan Teknik Pernapasan untuk Menenangkan Diri
Ketika anak tampak mulai marah, ajak mereka untuk melakukan teknik pernapasan sederhana seperti menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan.
Teknik ini bisa membantu menenangkan pikiran dan tubuh, sehingga anak lebih mudah mengelola emosinya.
Berlatih pernapasan dalam juga memberikan mereka alat praktis untuk menghadapi situasi-situasi menegangkan di masa depan, baik di lingkungan keluarga maupun sekolah.
2. Jangan Menuruti Kemauan Anak Saat Ia Marah
Anak yang sering dituruti keinginannya ketika marah akan belajar bahwa marah adalah cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Hindari memberikan apa yang diinginkan anak saat ia marah. Sebaliknya, beri mereka pengertian keinginan harus disampaikan dengan baik dan bukan dengan marah-marah.
Tetap tenang dan konsisten dengan aturan ini, sehingga anak belajar cara yang lebih baik untuk berkomunikasi.
3. Terapkan Konsekuensi dengan Cara yang Positif
Memberikan konsekuensi yang logis dan wajar saat anak berperilaku agresif adalah cara untuk mengajarkan tanggung jawab.
Misalnya, jika anak merusak mainan karena marah, minta mereka untuk membantu memperbaikinya atau melakukan pekerjaan ringan untuk mendapatkan uang yang dapat digunakan untuk memperbaiki mainan.
Cara ini membantu anak mengerti dampak dari perbuatan mereka dan mengembangkan disiplin diri.
4. Hindari Paparan Media Kekerasan
Anak yang terbiasa dengan konten atau permainan yang penuh kekerasan cenderung lebih mudah menunjukkan perilaku agresif.
Baca Juga: Sepak Terjang Tom Lembong, Eks Mendag Era Jokowi yang Kini Terseret Kasus Korupsi Impor Gula
Hindari memberikan tontonan atau permainan yang berisi kekerasan. Sebaliknya, pilih permainan dan aktivitas yang menumbuhkan keterampilan sosial, seperti permainan yang melibatkan kolaborasi, atau kegiatan yang merangsang kreativitas dan pemecahan masalah.
Hal ini membantu anak memahami cara berinteraksi dan menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat.
5. Bantu Anak Mengekspresikan Perasaannya dengan Cara Positif
Anak-anak sering merasa frustrasi karena belum bisa mengungkapkan perasaan mereka dengan jelas.
Baca Juga: 5 Buah dengan Kandungan Gula Terbanyak, Sumber Energi Alternatif untuk Cukupi Nutrisi Harian
Ajak anak berdiskusi tentang apa yang membuatnya merasa kesal atau marah, dan bantu mereka mencari kata-kata yang sesuai untuk mengekspresikan perasaannya.
Misalnya, Sobat RBG bisa berkata, "Sepertinya kamu marah karena mainanmu rusak, ya?" Dengan bantuan ini, anak belajar mereka dapat membicarakan perasaan tanpa harus berteriak atau marah.
Mengelola emosi adalah keterampilan penting yang membantu anak menjadi pribadi yang tenang dan bijaksana saat menghadapi berbagai situasi.
Dengan pendekatan yang sabar dan konsisten, orang tua dapat membantu anak belajar mengatasi tantangan emosional dengan lebih baik.
Ini bukan hanya soal mengatasi kemarahan, tetapi juga membangun hubungan yang sehat dan pemahaman diri yang lebih baik.
Dengan dukungan yang tepat, anak-anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih empatik dan dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan sosial. ***