opini

Asal muasal Pemilu & Polling/Survey: Rakyat Perlu Tahu

Jumat, 30 Juni 2023 | 14:06 WIB
Sachnaz Desta Oktarina Ph.D

RBG.ID - Tak lama lagi bangsa ini akan menghadapi hajatan demokrasi pemilihan pemimpin rakyat, yaitu pemilihan presiden dan pemilihan kepala daerah di tahun 2024.

Mengenal istilah pemilu/ pilpres/ pilkada, tidak banyak yang tahu bahwa sejarah pemilu pertama kali dilakukan sejak sekitar tahun 508 SM. Saat itu, Yunani Kuno telah menerapkan bentuk demokrasi pertama kali di dunia.

Bangsa Yunani melakukan pemilihan umum "negatif" - yaitu, setiap tahun para pemilih, yang merupakan tuan tanah (laki-laki) diminta untuk memilih pemimpin politik atau "kandidat" yang paling tidak disukai yang mereka inginkan untuk diasingkan selama sepuluh tahun ke depan.

Baca Juga: Karina aespa Bikin Kaget dengan Gaya Rambut Blonde Pendek, Begini Reaksi K-Netz

Sistem pemungutan suara awal adalah para pemilih menuliskan pilihan mereka pada pecahan tembikar. Jika ada "kandidat" yang menerima lebih dari 6.000 suara, maka kandidat dengan jumlah terbesar akan diasingkan.

Jika tidak ada politisi yang menerima 6.000 suara, maka mereka semua tetap tinggal. Selain itu, jika penyebaran suara cukup merata, maka tidak ada pemipin yang akan diasingkan, sehingga biasanya hanya pemimpin politik yang sangat tidak populer yang dikucilkan atau diasingkan.

Seiring dengan perkembangan moralitas dan perkembangan teknologi, tentu pemilu sekarang tidak sekejam dahulu kala. Pemilihan pemimpin rakyat dewasa ini dilaksanakan dengan lebih demokratis, bahkan sekarang rakyat mampu memprediksi siapa yang berpeluang menjadi pemenang.

Baca Juga: Tas Mungil Supermungil Laku Hampir Rp 1 Miliar

Polling, survey, atau quick count adalah cara yang lazim digunakan untuk menduga hasil dari pemilihan wakil rakyat.

Berangkat dari sejarah, pengambilan sampel ini mulanya populer pada kasus polling pemilihan presiden di tahun 1936 antara antara Franklin Roosevelt (Partai Demokrat dan petahan) dan Alf Landon (Partai Republik).

Pada saat itu, Majalah Literary Digest melakukan jajak pendapat mengenai kontestasi perhelatan antara dua kandidat presiden. Majalah ini terkenal karena berhasil memprediksi hasil pemilu dengan tepat berturut-turut pada tiga periode sebelumnya.

Baca Juga: Rencana Balik Sergio Ramos ke Sevilla FC Tidak Mulus

Di tahun yang sama, Literary Digest mengirimkan kuesioner berupa kartu pos kepada 10 juta orang dan menanyakan siapa calon presiden yang dipilih. Kerangka sampel (daftar calon sampel) diambil dari yellow pages, keanggotaan country club, dan pendaftaran mobil.

Di antara 10 juta kuesioner yang disebar, sekitar 2,3 juta orang mengembalikan kuesioner tersebut. Hasil prediksi menyebutkan bahwa Landon akan menang dengan perolehan suara sebesar 57%.

Halaman:

Tags

Terkini

Sudah Siapkah Kita Menerima Hasil Pemilu 2024?

Kamis, 4 Januari 2024 | 09:55 WIB

Memaksimalkan Peran Penjabat (Pj.) Bupati Bogor!

Senin, 1 Januari 2024 | 19:59 WIB

Netralitas Presiden Jokowi di Meja Makan

Selasa, 31 Oktober 2023 | 13:33 WIB

Mahasiswa dan Organisasi Hari Ini, Masihkah Relevan?

Senin, 30 Oktober 2023 | 15:31 WIB

PDIP Tidak Tegas atau Gibran Tidak Beretika?

Senin, 30 Oktober 2023 | 09:52 WIB

Emang Boleh se-Barbar Ini Mas Wali?

Minggu, 22 Oktober 2023 | 18:16 WIB

Bendera Putih Mulai Dikerek Naik di Rumah Merah PDIP

Minggu, 22 Oktober 2023 | 09:07 WIB