Pertama, masalah elektabilitas. Tahapan pungut hitung pemilu 2024 tinggal menghitung hari.
Baca Juga: Jerome Polin Kembali Bertemu dengan Sobat Naspadnya Taeyong NCT dan Siwon Super Junior di SMTOWN
Jangan sampai sikap PDIP dan Megawati yang seakan anti demokrasi berakibat pada menurunnya simpati publik terhadap elektabilitas PDIP dan Ganjar Pranowo.
Karena bukan tidak mungkin, jika PDIP dan Megawati memanggil Jokowi apalagi sampai memecatnya dari kader PDIP publik akan memiliki penilaian negatif terhadap PDIP.
Hal itu tentu saja akan berpengaruh terhadap elektabilitas PDIP dan Ganjar.
Baca Juga: Damai, Akses Jalan Rumah Pedagang Kripik di Jatimakmur Sempat Ditembok Akhirnya Dibongkar
Kedua, sebuah hidden scenario. Mungkin saja sikap PDIP yang seakan tidak peduli terhadap kasus Kaesang ini merupakan bagian dari skenario yang tidak bisa dibaca oleh publik.
Publik hanya bisa menerka-nerka berbagai kemungkinan. Misalnya, bisa jadi PSI akan mendukung Ganjar pada pemilu 2024.
Karena PSI lah yang sejak awal mengusung Ganjar, di tengah waktu itu PDIP masih memilih-milih sosok calon yang akan diusung oleh PDIP.
Baca Juga: Musim Hujan Telah Tiba di Bogor, Motor jadi Sering Mogok, Ternyata 5 Penyebab Ini Biangnya
Sehingga, bersikap membiarkan Kaesang bergabung dengan PSI.
Ketiga, buang-buang energi. Sangat mungkin di tengah dinamika politik yang semakin mengkristal dalam konteks peta koalisi dan PDIP juga sedang sangat tinggi aktifitas politiknya, kasus Gibran menjadi tidak penting dan bukan prioritas untuk disikapi dengan serius.
Keempat, PDIP masih butuh Jokowi. Tidak hanya dalam proses pemilihan anggota legislatif namun lebih dari itu adalah pemilihan presiden.
Bisa jadi PDIP masih membutuhkan sosok Jokowi yang saat ini menjabat presiden. Misalnya dalam konteks logistik pemenangan, mobilisasi struktur pemerintah yang didorong untuk membantu pemenangan dan sebagainya. (*)