Karena handphone, kamera, dilarang masuk ke wilayah adat itu. Kalau pun harus bawa, semua dalam kondisi off. Tetapi saya melihat ada pekuburan orang Kajang di sebelah kanan jalan.
Kira-kira 30 menit berjalan kaki dari gerbang saya dan rombongan tiba di depan rumah Amma Toa. Rumah pemimpin tertinggi adat suku Kajang. Rumah panggung yang menghadap ke Barat. Rumah yang di ruang tamunya ada dapur.
Rumah Amma Toa cukup besar. Terbagi dua bagian: ruang tamu dan kamar. Dapur menyatu dengan ruang tamu. Letaknya paling depan sebelah kiri (dari luar) pintu.
Kamar berada di sebelah belakang. Rumah ini bertiang kayu, berdinding kayu, beratap rumbia. Loteng dan penyangga atap terbuat dari kayu dan bambu.
Rumah-rumah adat di Bali pun dapurnya berada di bagian depan. Saya pernah datang ke Penglipuran di Bali, desa terbersih di dunia. Saya masuk ke dua rumah di situ. Begitu melewati gerbang rumah, bertemu satu bangunan kecil. Itulah dapur. Setelah itu baru bangunan rumah induk.
Rumah-rumah masyarakat adat di Baduy, dapurnya juga menyatu dengan ruang tamu atau ruang keluarga.
Semua rumah masyarakat adat Kajang di Tana Toa menghadap ke Barat. Amma Toa bilang “Menghadap kiblat di Makkah.” Ini berbeda dengan rumah-rumah adat di Baduy, semuanya menghadap ke Utara dan Selatan.
Mengapa rumah-rumah adat Kajang di Tana Toa menempatkan dapur di bagian depan, menyatu dengan ruang tamu? Apa kata Amma Toa? Bagaimana penerapan hukum adat di Kajang? Saya ceritakan di bagian kedua tulisan ini. (**)