Faktor perubahan iklim ini merupakan masalah serius, terutama bagi pertanian hortikultura. Komoditas pangan hortikultura sangat sensitif sekali terhadap curah hujan yang tinggi, karena bisa berdampak langsung pada kualitas dan kuantitas hasil panen.
Kalau kita melihat dua faktor tadi, masalah kenaikan harga cabai ini mungkin akan dianggap kecil dan bersifat lokal. Tetapi, ada persoalan lain yang jauh lebih besar di belakangnya, yaitu isu ancaman ketersediaan pangan yang semakin dekat.
Pemerintah, menurut saya, harus menempatkan kasus lonjakan harga cabai ini di dalam kerangka isu ancaman ketersediaan pangan secara global.
Kita tahu, sesudah pandemi Covid-19, yang telah mempengaruhi pasokan dan harga pangan dalam dua tahun terakhir, kini muncul persoalan baru yang juga telah mempengaruhi rantai pasok pangan secara global, yaitu perang Rusia - Ukraina. Perang ini besar dampaknya terhadap isu pangan.
Menurut data FAO (The Food and Agriculture Organization) dan Bank Dunia, gangguan rantai pasok akibat perang Rusia-Ukraina ini telah menyebabkan lonjakan harga pangan di seluruh dunia.
Untuk mengamankan stok pangan nasional, saat ini sejumlah negara telah mengeluarkan kebijakan menghentikan ekspor pangan.
Pembatasan ekspor komoditas semacam itu akan semakin membuat harga pangan global kian meroket, sehingga akan mempersulit akses negara-negara importir pangan.
Dampak nyata yang akan segera sampai ke kalangan petani kita adalah soal pupuk. Secara global saat ini harga pupuk trendnya terus-menerus naik.