Ditemui terpisah, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (MenkoPMK) Muhadjir Effendy mengatakan, penghentian obat sirup yang dilakukan Kemenkes merupakan bagian dari upaya pencegahan.
Di samping, upaya investigasi yang saat ini masih terus berjalan guna mengetahui penyebab dari penyakit gagal ginjal akut misterius yang tengah marak terjadi.
”Investigasi saat ini sedang berjalan. Saya kira perlu (penghentian obat-obatan tertentu, red) sambil diadakan pengkajian lebih dalam,” ujarnya ditemui di sela acara High-level Intergovernmental meeting on the Final Review of the Asian and Pacific Decade Of Persons with Disabilities (HLIGM-FRPD) di Jakarta.
Menurutnya, saat ini kondisi yang sama juga tengah di Afrika Barat, namun di sana, sudah dipastikan penyebabnya yakni obat sirup yang berasal dari Asia Selatan.
Dia memastikan, jika obat yang sama tidak beredar di Indonesia. Tapi, dia meminta agar ditelusuri lebih dalam apakah ada obat lain yang memiliki kandungan sama dengan obat dari Asia Selatan tersebut.
”Kalau yang sekarang berada di Afrika Barat itu dipastikan tidak ada di Indonesia, cuma apakah mungkin ada jenis yang lain atau yang punya kandungan sama. Itu yang sedang dicari,” paparnya.
Kondisi saat ini dinilainya sudah mengkhawatirkan. Apalagi melihat jumlah kasus yang sudah mencapai 206 kasus dengan kematian sebanyak 99 kasus. Karenanya, dia mendorong agar Kemenkes dan BPOM segera melakukan langkah-langkah pencegahan.
Sementara itu, Epidemiolog Griffith University, Australia, Dicky Budiman menilai, keputusan Kemenkes untuk menghentikan penggunaan obat sirup tepat untuk saat ini. Upaya ini sebagai mitigasi awal dan respon awal sembari menunggu proses penyelidikan lebih lanjut.