“Aliran keluar investasi portofolio asing menambah tekanan nilai tukar di negara berkembang, termasuk Indonesia,” ucapnya.
Terpisah, ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menilai, ruang bagi BI untuk tetap menaikkan BI-7DRR masih terbuka hingga kuartal I 2023.
Dari sisi eksternal, The Fed terus menekankan perlunya untuk terus mempertahankan nada hawkish meskipun, sejumlah berita menggembirakan terkait inflasi AS yang turun menjadi 7,7 persen pada 22 Oktober lalu.
“Memang, The Fed telah mengisyaratkan kesiapan untuk memoderasi besaran kenaikan FFR. Namun masih perlu melihat lebih jauh indikator pelonggaran inflasi secara luas,” terang Faisal kepada Jawa Pos, tadi malam.
Artinya, ketidakpastian di pasar keuangan global yang dapat menyebabkan capital outflow masih membayangi. Akibatnya, masih memberikan risiko terhadap stabilitas nilai tukar rupiah dan tekanan inflasi impor.
Dari sisi domestik, Faisal memperkirakan tingkat inflasi akan tetap tinggi. Sekitar 5-6 persen YoY.
Setidaknya hingga semester I 2023. Karena penyesuaian harga bahan bakar minum (BBM) tidak hanya berdampak pada inflasi harga yang diatur pemerintah. Tapi juga berdampak pada putaran kedua atas barang dan jasa lainnya.