"Otomotif yang paling bagus, lalu industri makanan dan minuman," tambah Febri.
Baca Juga: Menpora Ungkap Venue Piala Dunia U-20 untuk Piala Dunia U-17, Ada 6 Stadion, Ayo Intip Rinciannya
Subsektor industri yang mengalami kontraksi sebanyak tiga subsektor dengan share PDB sebesar 3,5 persen.
Yaitu, industri tekstil, kulit dan barang dari kulit dan alas kaki, serta industri pengolahan lainnya.
Lebih lanjut Febri menjelaskan, kenaikan IKI di bulan ini disebabkan oleh ekspansi tiga variabel pembentuk skor manufaktur nasional setiap bulannya.
Baca Juga: Wow.. Usia Warga Korea Selatan Lebih Muda 1 hingga 2 Tahun, Kok Bisa? Simak Jawabannya
Yaitu, pesanan baru, produksi, dan ketersediaan produk.
Variabel pesanan baru meningkat sebesar 4,97 poin menjadi 54,81 dari sebelumnya sebesar 49,84 poin.
Lalu, produksi naik menjadi 54,96 dari sebelumnya 50,01.
Baca Juga: Yey! Oh My Girl Konfirmasi akan Comeback Pada Musim Panas Ini
Sementara, persediaan produk turun menjadi 50,34 dari 54,90.
Bicara mengenai kinerja manufaktur, Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) mengungkapkan masih terdapat beberapa tantangan dalam upaya menggenjot ekspor dari sisi pengusaha, terutama pelaku manufaktur.
Ketua Umum GPEI Benny Sutrisno mengatakan, instrumen pembiayaan yang mendukung eksportir masih dangkal dan minimnya insentif yang diberikan pelaku eksportir dari pemerintah.
Baca Juga: Kuota Pemain Asing Liga 1 Ditambah agar Setara dengan Negara-Negara Asia
"Juga, ongkos produksi yang tinggi serta tumpang tindihnya peraturan di Indonesia," ujar Benny. (agf/dio)