Senin, 22 Desember 2025

Indeks Manufaktur Melambat

- Sabtu, 4 Juni 2022 | 06:37 WIB
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu

RBG.ID – Kinerja manufaktur Indonesia pada Mei 2022 masih ekspansif. Hal itu tecermin dari purchasing managers’ index (PMI) manufaktur yang berada pada level 50,8. Namun, angka tersebut melambat jika dibandingkan sebulan sebelumnya yang mencapai 51,9.

Melambatnya laju ekspansi sektor manufaktur dirasakan cukup merata. Baik di negara maju maupun berkembang. Seperti Filipina (54,1); Malaysia (50,1); India (54,6); Eurozone (54,6); dan Amerika Serikat (57,0). Sementara itu, Tiongkok mengalami kenaikan ke level 48,1 meski masih dalam zona kontraksi.

’’Disrupsi rantai pasok dan kebijakan restriksi Covid-19 di Tiongkok telah berdampak pada kinerja manufaktur di banyak negara. Sebab, besarnya kontribusi Negeri Panda itu dalam rantai pasok global. Hal itu akan terus kami antisipasi agar risiko ini tidak menghambat laju pemulihan ekonomi Indonesia,” papar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu.

Selain itu, harga barang input yang masih tinggi menambah tekanan pada pertumbuhan sektor manufaktur. ’’Ke depan, manufaktur akan membaik seiring dengan relaksasi lockdown di Tiongkok,” imbuhnya.

Febrio menekankan, kapasitas produksi manufaktur saat ini terus membaik dan mulai mendekati kapasitas produksi rata-rata pada periode prapandemi. Selain itu, intervensi pemerintah untuk mengendalikan harga sangat penting untuk menjaga berlanjutnya momentum pemulihan. ’’Momentum kenaikan harga komoditas juga diharapkan memiliki dampak positif ke aktivitas dunia usaha secara umum,” katanya.

Ketua Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Johnny Darmawan mengatakan, PMI manufaktur melambat dipengaruhi dari kendala pasokan bahan baku telah dirasakan sejumlah sektor. Industri baja, misalnya. Sebelumnya banyak mendapatkan pasokan bahan baku dari Rusia.

”Selain itu, pasokan gandum sebagai bahan baku industri makanan terancam surut jika perang tak kunjung usai. Ukraina dan Rusia diketahui menyumbang 30 persen kebutuhan gandum dunia. Sementara itu, Indonesia mengimpor 26,8 persen atau 3,07 juta ton gandum dari Ukraina pada tahun lalu,” papar Johnny.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Terkini

X