"Kita sudah mempersiapkan 635 armada dari 13 trayek," katanya Ketua DPC Organda Kota Bekasi, Indra Hermawan, Selasa (22/11).
Lebih lanjut, Indra mengatakan bahwa pihaknya meminta pemerintah maupun PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk menyiapkan sarana dan prasarana penunjang, yakni area antar dan jemput penumpang. Pihaknya telah menyampaikan hal itu, namun belum ada realisasi sampai saat ini.
Jika harus menurunkan penumpang di jalan utama, kondisi ini diperkirakan tidak maksimal untuk mendorong masyarakat menggunakan kendaraan umum, dalam hal ini Angkot. Pasalnya, jarak antara jalan arteri dengan stasiun cukup jauh. Ia mencontohkan stasiun LRT Bekasi Timur dimana penumpang harus berjalan kaki cukup jauh.
"Terus yang di Cikunir dua jauh, terus yang di Cikunir satu malah nggak ada lahan sama sekali, (menurunkan penumpang tepat) di pinggir jalan," ungkapnya.
Pada prinsipnya Indra menyebut anggota Organda sudah siap mengumpan penumpang ke setiap stasiun LRT. Termasuk kesiapan armada, ratusan armada Angkot sudah siap, hanya saja kondisinya seperti yang ada saat ini.
"Semua armada kita siap, maksudnya bisa jalan sesuai dengan standar operasional yang sedang kita jalani sekarang," tambahnya.
Jika standar kondisi kendaraan yang dipersyaratkan harus ditingkatkan, pengusaha Angkot terkendala biaya peremajaan. Situasi pandemi dan gempuran kendaraan online menjadi penyebabnya.
Peremajaan Angkot memungkinkan untuk dilakukan jika mendapat subsidi atau bantuan dari pemerintah.