Mulanya, total ada tiga unit apartemen yang ia miliki, sekarang unit apartemen milik Friko saat ini hanya tersisa satu. Selama apartemen sepi penyewa kata Friko, ia harus memutar akal untuk memenuhi biaya IPL, satu bulan mencapai Rp600 ribu, terdiri dari biaya listrik, air, keamanan, hingga kebersihan.
Grafik penyewaan apartemen yang sepi membuat ia beberapa waktu yang lalu bekerjasama dengan pemasaran online sewa apartemen tapi hasilnya sama. Justru kata dia, disaat sewa apartemen lesu, biaya perbaikan tidak berubah, langsung dipotong dari penghasilan sewa.
"Pernah dalam satu bulan itu lakunya cuma satu hari, saya dapat uangnya Rp270 ribu dalam satu bulan bayangkan. Sedangkan perbaikannya lebih dari itu, bukannya untung malah buntung," tambahnya.
Kenyataan ini membuat ia memutuskan untuk menyudahi kerjasama dengan penyedia jasa pemasaran online sewa apartemen tersebut. Sehingga, saat ini apartemen sementara dipakai pribadi, tidak disewakan.
Konsekuensinya, ia harus memenuhi biaya IPL dengan uang pribadi, dipotong langsung dari gaji bulanan.
"Segala kebutuhan apartemen saya taruh di pengeluaran gaji tiap bulan," tandasnya.
Bergeser ke pusat kota, kondisinya sedikit lebih baik, meskipun hanya berlangsung awal hingga pertengahan bulan saja. Salah satu agen sewa apartemen di kawasan Bekasi Selatan, Adit (28) mengatakan bahwa grafik cukup baik terlihat pada awal hingga pertengahan bulan, selebihnya sepi. Kondisi ini mempengaruhi keuangan pada pemilik unit.
Diakui bahwa pemenuhan biaya IPL apartemen menjadi beban para pemilik unit saat ini. Dalam satu bulan, total uang yang dikeluarkan mencapai Rp850 ribu, terdiri dari biaya listrik, air, sampai biaya WiFi.
"Yaudah cuma kepakai untuk keperluan begitu aja, nggak ada untungnya, nggak provit gitu," ungkapnya.
Situasi saat ini tidak bisa diprediksi kata Adit, di tengah rendahnya konsumen sewa apartemen pada situasi ekonomi yang belum pasti. (sur)