Pengamat Ekonomi STIE Mulia Pratama, Mediati Saadah menilai pemberian bantalan sosial ini tepat untuk menjaga daya beli dan membantu perekonomian masyarakat. Situasi perekonomian dunia kata Mediati, belum bisa diperkirakan pasti lantaran Amerika kembali menaikkan tingkat suku bunga, perang antara Rusia dan Ukraina juga belum ada tanda-tanda akan berakhir.
Meskipun dewasa ini harga minyak dunia turun, tingginya tingkat suku bunga berimbas pada menguatnya nilai dolar terhadap rupiah. Sehingga, harga jual BBM per liter tetap mengalami kenaikan.
"Sedangkan kita BBM itu lebih banyak impornya, kalau harga dolar naik ya otomatis rupiah yang harus dibayarkan harus lebih banyak," paparnya.
Tingkat konsumsi masyarakat harus dijaga. Pasalnya, kontribusi terbesar penunjang perekonomian negara adalah tingkat konsumsi masyarakat.
"Kalaupun harganya naik mereka (masyarakat) masih bisa membeli, seperti sebelum terjadinya kenaikan BBM. Idealnya memang (BBM mempengaruhi berbagai harga komoditas) seperti itu," tambahnya.
Penolakan keputusan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi serta penilaian Bansos bukan solusi efektif kenaikan BBM juga disuarakan oleh pedagang warteg. Terlebih, selama ini Himpunan Pedagang Warteg Indonesia (Hipwin) mengaku selama ini para pedagang Warteg tidak pernah mendapatkan Bansos dari pemerintah.
"Bansos yang diberikan oleh pemerintah nilainya tidak sebanding dengan dampak risiko kenaikan BBM," kaya Ketua Umum Hipwin, Rojikin.