RBG.ID, BEKASI - Sebagai daerah transit atau tempat singgah, pergerakan masyarakat keluar masuk di Kota Bekasi cukup tinggi setiap tahun.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Radar Bekasi (RBG.ID Group)’, jumlah masyarakat keluar Kota Bekasi lebih tinggi dibandingkan yang datang. Fenomena datang dan perginya penduduk di satu kota memberikan dampak positif dan negatif, mulai dari pertumbuhan ekonomi akibat naiknya konsumsi masyarakat sehingga masalah pengangguran dan kesenjangan sosial akibat tingginya persaingan kerja.
Perpindahan Penduduk dari desa ke kota selalu menjadi perbincangan pasca lebaran.
Berbeda dengan kaum urban generasi pertama yang cenderung menjadikan DKI Jakarta sebagai tujuan, Kota Bekasi saat ibu menjadi salah satu tujuan lain urban dewasa ini, dibuktikan dengan pergerakan keluar masuk masyarakat yang cukup tinggi.
Bagaikan dua mata pisau, urbanisasi memberikan dampak positif dan negatif, maka diperlukan upaya serius dari pemerintah maupun individu masyarakatnya.
Dalam Konferensi Nasional Green Economy Indonesia Summit 2022, Dirjen Cipta Karya Kementerian PUPR memprediksi 66,6 persen penduduk Indonesia di daerah perkotaan pada tahun 2035. Perpindahan penduduk dari desa ke kota ini akan terus bertambah, saat ini baru 56,7 persen penduduk Indonesia yang tinggal di Kota.
Pasca cuti bersama lebaran tahun 2022 selesai, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Bekasi mencatat ada 1.818 jiwa penduduk yang datang ke Kota Bekasi, terhimpun mulai tanggal 9 sampai 19 Mei lalu. Sementara warga pindah dari Kota Bekasi pada periode yang sama tercatat sebanyak 2.776 jiwa.