"Kurang lebih selama masa PMK ini Bandung Barat sapi perah saja ini ada kerugian Rp 8,5 miliar. Ini belum dilaksanakan secara empiris, tapi kita turun ke lapangan dan menginput data hewan terjangkit PMK yang masuk," terangnya.
Sementara itu, pihaknya pun saat ini gencar menyuntikkan vaksinasi tahap pertama dengan menyasar wilayah zona hijau PMK atau daerah yang belum terpapar wabah.
"Tahap pertama ini kita mendapat dosis 1.100 vaksin. 400 untuk para peternak sapi perah di kawasan Lembang, 400 untuk sapi di Balai Pembibitan di Lembang dan 300 di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang," ungkapnya.
Ia menegaskan, jatah vaksin di tahap pertama tersebut disuntikan pada sapi yang diprioritaskan untuk sapi yang masih dalam kondisi sehat atau belum terpapar PMK.
"Kita sasar dulu sapi-sapi yang sehat. Agar sapi di zona hijau ini tidak terpapar. Begitupun sapi-sapi yang dijaga untuk pembibitan seperti di Balai Inseminasi," jelasnya.
Untuk tahap selanjutnya, kata Undang, Dispernakan akan menyasar sapi-sapi yang masih bugar di wilayah wabah PMK. Sementara sapi yang terpapar PMK akan mendapat vaksinasi paling akhir.
"Strateginya kita amankan dulu sapi-sapi yang sehat agar tidak terpapar PMK. Kemudian sapi yang terpapar akan dikarantina dulu sampai sembuh, kemudian kita tunggu 6 bulan baru sapi bisa divaksin," kata Undang.
Ia berharap, upaya tersebut dapat menjaga siklus ekonomi para peternak sapi perah di wilayah Lembang. Sebab, jika sapi perah terpapar PMK, maka produksi susu bisa menyusut sampai 75 persen dari produksi normal.