RBG.ID – Berbagai alasan klasik pada peraih beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang ogah pulang kembali ke Indonesia turut memantik berbagai persoalan sosial yang ada.
Fakta lapangan memang menunjukkan bahwa kesempatan berkarir di luar negeri terbilang lebih menjanjikan dibanding di negeri sendiri.
Sosiolog Imam Prasodjo menuturkan, tidak semua awardee yang meraih beasiswa di luar negeri bisa dikatakan matang secara pengalaman.
Baca Juga: Calon Suami Bule Lucinta Luna Ngamuk hingga Ingin Gampar Deddy Corbuzier, Ternyata Ini Alasannya
‘’Begitu dia selesai sekolah di luar negeri, belum tentu dia matang. Maka dari itu ada kesempatan satu atau dua tahun untuk mereka bekerja di bidang yang sesuai,’’ ujarnya.
Imam menjelaskan, untuk meningkatkan kapasitasnya, para penerima beasiswa itu juga ‘nyambi’ membantu para pengajarnya untuk melakukan riset dalam jangka waktu tertentu.
Hal itu disebutnya bisa menambah sisi kematangan kapasitas dan pengalaman masing-masing.
Baca Juga: Bobby dan DK iKON Kembali Dipilih Menjadi Juri Acara The Indonesian Next Big Star
Menurutnya, jika mereka dituntut untuk pulang tanpa bekal yang mumpuni, hal itu juga bukanlah sesuatu yang diharapkan.
‘’Maka justru akan menjadi pengangguran terdidik. Oleh karena itu, menurut saya, perlu ada dibangun skema yang lebih relevan. Misal dia sekolah di bidang A, tetapi dia bekerja di bidang yang lain dari bidang studinya, y aitu tidak ada added valuenya juga,’’ katanya.
Sejatinya, Imam menyebut bisa memahami kondisi mengapa para awardee itu lebih memilih untuk berkarir di luar negeri.
Baca Juga: Dianggap Mirip Karya Seniman Jepang, MV Lagu Step Forward Jeon Somi Diedit
Menurutnya, dari situ pemerintah dan pemangku kebijakan juga bisa lebih mengutamakan perbaikan penciptaan lapangan kerja dan sistem penggajian yang lebih layak.
Imam menuturkan, berkontribusi untuk pembangunan Tanah Air juga bukan melulu harus pulang kembali.