RBG.ID - Tingginya jumlah penggunaan pestisida berbahan aktif toksik dan bersifat persisten masih menjadi masalah penting di Indonesia karena mampu menimbulkan banyak permasalahan lingkungan dan kesehatan manusia.
World Health Organization (WHO) tahun 2010 memperkirakan setidaknya 1-5 juta kasus keracunan pestisida pada pekerja pertanian dengan tingkat kematian mencapai 22.000 korban jiwa.
Dampak tersebut disebabkan oleh pestisida yang berspektrum luas, sehingga tidak hanya mengendalikan hama pada tanaman namun memberikan dampak buruk terhadap lingkungan.
Baca Juga: Waw Keren, Mahasiswi Doktor di IPB University Jadi Lulusan Tercepat dengan IPK 4.00
Salah satu jenis insektisida yang memiliki spektrum luas dalam mengendalikan hama pada tanaman ialah organofosfat berbahan aktif profenofos.
Profenofos merupakan salah satu insektisida golongan organofosfor yang memiliki spektrum luas, bersifat sistemik, dan dikenal sebagai insektisida paling beracun dan tergolong sebagai Persistent Organic Pollutants (POPs).
Peningkatan penggunaan pestisida menyebabkan peningkatan residu insektisida organofosfat di lahan pertanian yang menjadi ancaman bagi kesehatan dan stabilitas ekosistem.
Baca Juga: Mahasiswa UB Temukan Teknologi Deteksi Penyakit Melalui Ultrasound Tanaman
Oleh karena itu, tim PKM Riset Eksakta yang beranggotakan Muhammad Dimas Priyastomo, Aisya Rahma, Aqila Aziz, Rachmad Pratama Fauzi, dan Muhammad Abdul Lativ bersama dosen pembimbing Luqman Qurata Aini, SP., M.Si., Ph.D. melakukan penelitian yang berfokus untuk menggali potensi bakteri indigenous yang diisolasi dari saluran pencernaan H. armigera sebagai agen bioremediasi yang dapat menjadi alternatif penurunan kadar residu pestisida yang efektif dan efisien.
Bakteri indigenous yang diisolasi dari saluran pencernaan H. armigera dapat melakukan transformasi maupun degradasi senyawa sintetik berbahaya melalui pemanfaatan senyawa pestisida menjadi bahan metabolismenya.
Baca Juga: Unida Bogor Kukuhkan Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen
Bioremediasi merupakan teknik remediasi yang digunakan untuk mendegradasi atau mendetoksifikasi polutan organik maupun anorganik dengan menggunakan agen biologi seperti bakteri, jamur dan ganggang yang dinilai sebagai metode alternatif yang efektif, efisien, dan ramah lingkungan.
Mekanisme reaksi dalam menggunakan mikroorganisme sebagai agens pendegadrasi adalah melalui proses hidrolisis esterase. Jika senyawa kimia terdegradasi maka sejumlah zat akan menghilang dan membentuk senyawa baru dengan struktur yang lebih sederhana.
Artikel Terkait
Liburan Staycation Tanpa Boros, Promo Tiket.com Hotel RedDoorz di Indonesia Diskon Hingga 40%
Liburan di Vila dekat Curug Cilember Puncak Bogor? Harganya Cuma Rp1 Jutaan Bisa Dapat Banyak Fasilitas Gratis
Yuk, Intip 5 Tempat Wisata Alam di Sukabumi, Bisa Lihat Tiga Curug Sekaligus Dalam Satu Lokasi
Promo Tiket Gratis Bioskop Platinum Cineplex dan Cinepolis Cinema, Lihat Caranya Di Sini
Semburan Air Bercampur Gas Metana dari Kosan di Sukaraja Bogor Sudah Berhenti, Begini Kronologinya