BELUM habis dari ingatan publik rakyat Indonesia betapa reaksionernya ketika PDIP dan Megawati dalam menyikapi kader partai yang mengarah kepada ketidaksolidan. Termasuk, dalam menyikapi perbedaan partai politik dalam satu keluarga.
Bahkan, reaksi PDIP sampai pada memecat kadernya, seperti yang terjadi pada Gubernur Maluku, yang istrinya bergabung dengan Partai Amanat Nasional.
Tidak butuh waktu lama, langsung gubernur tersebut dipecat dari keanggotaan PDIP.
Baca Juga: Link Baca Manga One Piece Chapter 1093 Kualitas HQ Bahasa Indonesia, Kizaru Melawan Luffy Mode Nika
Begitupun dengan Gibran, beberapa hari setelah menerima Prabowo di Solo dan relawannya mendeklarasikan dukungan terhadap Prabowo, langsung dipanggil oleh DPP PDIP untuk mendapatkan klarifikasi.
Namun hal itu tidak terjadi dalam kasus anak bungsu Jokowi (Kaesang) yang belum lama ini bergabung dengan PSI.
Bahkan disebut-sebut tidak lama lagi Kaesang akan menjadi nakhoda partai "bocil" tersebut.
Baca Juga: ASN Dilarang Like, Share dan Komentar di Media Sosial Capres dan Cawapres, Ini Dia Alasannya!
Bahkan berbagai "kilah" atau alasan mengapa PDIP tidak reaksioner terhadap kasus Kaesang yang banyak dikemukakan oleh para elit PDIP.
Tentu saja publik bertanya-tanya kenapa PDIP tidak kuasa memanggil Jokowi untuk meminta klarifikasi, padahal ketua umum Megawati sudah secara tegas menyatakan, seluruh kader PDIP di manapun posisinya adalah petugas partai, termasuk Jokowi yang sedang menjabat presiden.
Jadi siapa yang petugas dan siapa yang menugaskan. Jika PDIP tidak kuasa memanggil Jokowi, jangan-jangan sebenarnya PDIP yang petugas presiden.
Baca Juga: Pengen Cuci Mata hingga Uji Adrenalin, Bisa Dicoba 7 Tempat Wisata Alam di Kota Banjar
Atau memang PDIP dan Megawati sudah tidak mempedulikan lagi sikap politik dan posisi Jokowi.
Dalam pandangan saya kemungkinan ada beberapa hal yang menyebabkan PDIP dan Megawati tidak reaksioner dalam kasus Kaesang bergabung dengan PSI ini.