Di luar, kondisi malah tidak kondusif. Ada dua tembakan gas air mata. Dari balik rolling door, ada suara memanggil.
’’Saya dan keluarga langsung lari ke warung. Rolling door kemudian ditutup. Ternyata sudah ada 30 orang yang berlindung di dalam warung,’’ jelas Corry.
Hampir 90 menit Corry dan keluarga berlindung di warung. Pukul 01.00, mereka memutuskan keluar, kemudian menuju arah gate 13. ’’Karena mobil saya diparkir di dekat situ,’’ kata Pandu.
Sepanjang jalan itulah momen mengerikan terasa. ’’Saya lihat ada enam mayat yang ditumpuk. Ditutup pakai kardus. Dua anak saya juga melihat langsung. Banyak korban luka yang tergeletak,’’ ungkap Corry.
Corry sudah coba menjelaskan kepada Radif, anak sulungnya. ’’Dia tanya, kenapa kok banyak orang luka? Saya jawab itu karena lompat dari pagar.
Dia juga tanya, kenapa banyak suporter yang belum pulang? Saya jawab saja karena macet. Pokoknya saya tidak bilang kalau mereka meninggal,’’ beber Corry.
Tapi, Radif lama-kelamaan tahu. Dia sering melihat info di TikTok. ’’Makanya dia sekarang trauma. Kalau ada yang cerita Kanjuruhan, dia takut,’’ ujar Corry.