Dia mengaku jatuh cinta saat kali pertama mendengar nama tersebut.
Setahun setelahnya, dia memulai riset dengan mendatangi sejumlah penerjemah buku Kakawin Nagarakretagama. Yang aslinya berbahasa Jawa kuno ke bahasa Indonesia.
’’Mereka ada delapan orang di Jogjakarta. Tapi, yang bertemu dan membahas ini secara detail dengan saya ada tiga orang,’’ kenang Mhyajo.
Dia mengungkapkan, tantangan utamanya selama menggarap Opera Majapahit: Gayatri Sang Sri Rajapatni adalah mencari rekan kerja atau kolaborator dengan basic pekerja seni yang memiliki visi sama.
Yakni, mempersembahkan karya itu demi kelestarian budaya Indonesia.
’’Jadi, kalau memang mau ikut atau urunan, ayo gabung. Saya ngomong begitu dari awal tahun 2020, bahkan sampai produksi 2022,’’ terang Mhyajo.
Untung, selama dua tahun diproduksi, Opera Majapahit: Gayatri Sang Sri Rajapatni bisa segera dipertontonkan ke publik.
Dia mengaku bersyukur memiliki tim dengan tujuan yang sama dan bekerja sepenuh hati alias totalitas.