Mulai proses tender hingga berbagai hal mendesak lainnya. Juga, pendelegasian tanggung jawab untuk memastikan kelancaran persiapan venue dan pemenuhan berbagai kebutuhan atlet.
Sejak Indonesia diumumkan jadi ruan rumah, sudah tiga kali dia tercatat berkunjung ke Solo. Dia juga terlibat langsung dalam penyelesaian masalah.
Misalnya, Kolam Renang Intan Pari di kota tersebut yang sempat disiapkan jadi venue ternyata tak memenuhi standar. Sedianya akan dibangun kolam baru. Namun, karena waktu mepet, akhirnya venue dipindah ke Kolam Renang Jatidiri, Semarang. ’’Semua pihak bekerja dengan sangat cepat,’’ pujinya kepada panitia penyelenggara.
Karena itu pula, dia sangat terkesan karena akhirnya ASEAN Para Games bisa terselenggara. Dia juga bungah melihat banyaknya atlet muda potensial. ’’Indonesia punya populasi terbanyak di Asia Tenggara dan juga banyak atlet muda yang mau belajar. Ini bisa menjembatani kesenjangan antargenerasi,’’ ucapnya.
Di setiap ajang Para Games, sisi edukasi kepada para atlet juga tak pernah absen. Di edisi kali ini, misalnya, terkait medis yang tak cuma berurusan dengan doping. ’’Kami harus memastikan bahwa kesehatan, pandemi, dan infeksi sangat menjadi perhatian,’’ tuturnya.
Wandee menambahkan, bisa terlaksananya ASEAN Para Games kali ini setelah dua kali tertunda jadi penyemangat bagi APSF. ’’Kami bertekad membawa APSF untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi di masa depan,’’ jelasnya. (*/c18/ttg)