Keterlibatan Wandee dalam gerakan paralimpiade dan olahraga dimulai pada 2015 saat dirinya menjadi tangan kanan Mayor Jenderal Osoth Bhavilai yang terpilih memimpin APSF sebelumnya. Dari mentornya yang merupakan jenderal di militer Thailand tersebut, perempuan Thailand itu terus belajar. Dia mendapat banyak pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana mengelola organisasi olahraga yang berisi para atlet dari kalangan difabel.
Perempuan kelahiran Songkhla, Thailand, itu mengaku sempat tidak tahu ASEAN Para Games 2022 bakal dihelat di mana. Maklum, pandemi belum berakhir. Pagebluk itu juga sangat berdampak pada perekonomian di kawasan Asia Tenggara.
Kepastian Indonesia sebagai tuan rumah pun baru diputuskan pada 14 Februari. Waktu yang sebetulnya cukup mepet. Tapi, Indonesia sebelumnya terbukti sukses menggelar Asian Games 2018 yang kala itu juga menggantikan Vietnam.
Karena itu, Wandee sangat berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu. Terutama Presiden Joko Widodo, Ketua NPC Indonesia Senny Marbun, dan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang sudah memelihara mimpi atlet ASEAN Para Games. ’’Di Solo akhirnya kami bisa berbagi semangat dan kegembiraan,’’ katanya.
Wandee mengakui, tak mudah memimpin organisasi di masa pandemi. Apalagi organisasi seperti APSF yang memiliki sebelas negara anggota dengan ribuan atlet di dalamnya.
Atlet sangat butuh ajang untuk menunjukkan bakat dan hasil latihan. Ketika event yang sangat mereka tunggu beruntun gagal dihelat, bisa dibayangkan dampaknya. Apalagi, ajang akbar untuk para atlet dari kalangan difabel tidak banyak.
Menjaga semangat para atlet itu menjadi salah satu tantangan Wandee. Dengan pertemuan fisik yang sangat dibatasi, dia terus berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan di APSF secara daring.
Biasa berada di lingkungan militer yang menuntutnya aktif di lapangan, Wandee bukan tipe pemimpin yang hanya mengawasi dari jauh. Dia turut terlibat dalam persiapan ASEAN Para Games di Solo yang merupakan edisi kesebelas.