RBG.ID - Puncak El Nino diprediksi baru akan terjadi pada Agustus hingga awal Sepetember 2023.
Dalam waktu tersebut, musim kemarau akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021, dan 2022.
Namun, meski belum memasuki puncak kemarau, saat ini titik panas (hotspot) maupun kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sudah mengalami peningkatan.
Baca Juga: Viral! Mahasiswi KKN Unram Diusir Warga Gegara Sebut Gadis Desa Tak Ada yang Cantik
"Pasca kita mengalami periode hujan di kemarau sekitar dua minggu lalu, saat ini tepatnya sejak seminggu terakhir telah mulai signifikansi terjadi karhutla. Dan ini dominannya terjadi di Pulau Jawa," ungkap Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari.
Sementara itu, Direktur Pengendalian Karhutla KLHK Thomas mengungkapkan, berdasar pengamatan dari citra satelit di sepuluh provinsi rawan karhutla, sejak 1 Januari hingga 24 Juli 2023 memang terjadi peningkatan hotspot dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Di mana, jumlah hotspot pada periode 1 Januari - 24 Juli 2023 sebanyak 801, sedangkan pada periode yang sama tahun 2022 berjumlah 533.
Baca Juga: Alhamdulillah, Penumpang Biskita Trans Pakuan Berangsur Naik Pasca Dikenakan Tarif
"Khusus pada Juli ini memang juga terjadi peningkatan. Dan ini sudah diprediksi BMKG, kalau pada awal Semester II ini kecenderungannya akan terjadi El Nino, yang mana dampak El Nino ini akan lebih kering dari biasanya. Jadi, faktor penyebab peningkatan juga ada karena itu, pengaruh cuaca panas," jelasnya.
Namun, meski begitu, Thomas menegaskan bahwa setiap hotspot yang terdeteksi belum tentu sebagai karhutla.
Karena itu, setiap hotspot yang terdeteksi oleh satelit perlu dilakukan verifikasi.
Sebab, bisa jadi hotspot yang terdeteksi tersebut bukan dari karhutla, melainkan bisa dari cerobong asap industri atau kawah gunung berapi, atau juga ada panas seperti di tempat pertambangan batu bara.
Baca Juga: Waduh, Heru Budi Ungkap Sebanyak 36 Ribu Balita di Jakarta Masuk Kategori Stunting, Kurang Gizi
"Nah, kalau dari hasil verifikasi memang ditemukan sebagai karhutla, maka akan segera ditangani oleh petugas di lapangan. Bisa oleh Manggala Agni yang tersebar di 32 daerah operasi. Untuk penanganan, tidak hanya dilakukan Manggala Agni, melainkan juga ada satgas yang telah dibentuk oleh setiap kepala daerah," ujarnya.