RBG.ID - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa meminta maaf usai menyebut tuntutan 17+8 adalah suara sebagian kecil rakyat.
Dalam kesempatannya, Purbaya Yudhi Sadewa mengklarifikasi maksud dari perkataannya itu.
Purbaya mengatakan bahwa bukan hanya sebagian kecil rakyat yang merasa susah apabila ekonomi tertekan, melainkan banyak masyarakat.
Baca Juga: Pemkab Bogor Matangkan Persiapan Kontes Ternak Piala Presiden 2025, Sekda Ajat Minta Dukungan Lintas Sektor
Jika masyarakat banyak yang terdampak, kata dia, maka akan menimbulkan aksi demonstrasi.
Purbaya juga berkomitmen untuk memulihkan perekenomian nasional.
"Jadi kuncinya di situ. Berapa cepat kita bisa memulihkan ekonomi sehingga lapangan kerja ada banyak. Itu yang kita kejar nanti ke depan. Jadi itu maksudnya saya kemarin. Kalau kemarin salah ngomong, saya minta maaf," ujar Purbaya, dikutip RBG.id dari detikcom.
Baca Juga: Mengaku Dapat Tekanan Ekonomi, Alvi Maulana Tega Mutilasi Kekasihnya Jadi Ratusan Bagian
Lebih lanjut, Purbaya menjadikan momen ini sebagai pembelajaran untuknya agar berhati-hati dalam bertutur kata.
Sebelumnya, pernyataan Purbaya menuai kontroversi tak lama setelah dirinya dilantik menggantikan Sri Mulyani.
Mulanya, Purbaya mengaku belum mempelajari isi tuntutan 17+8 secara menyeluruh.
Sehingga ia mengatakan bahwa tuntutan tersebut hanya suara dari sebagian kecil rakyat.
"Itu suara sebagian kecil rakyat kita, kenapa? Mungkin sebagian ngerasa keganggu hidupnya, masih kurang ya," ucap Purbaya.***
Artikel Terkait
Geser Sri Mulyani, Prabowo Lantik Purbaya Yudhi Sadewa Sebagai Menteri Keuangan yang Baru
Dari Ekonom Hingga Bos LPS, Ini Rekam Jejak Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa
Siapa Purbaya Yudhi Sadewa? Ini Profil Menkeu Pengganti Sri Mulyani yang Punya Karier Mentereng
Baru Sehari Jadi Menkeu, Purbaya Yudhi Sadewa Tuai Kontroversi Usai Komentar Soal Tuntutan 17+8
Yudo Sadewa Siapa? Anak Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa Viral Usai Sebut Sri Mulyani Agen CIA
Apa Pekerjaan Yudo Sadewa? Ini Sosok Anak Purbaya Menkeu Baru yang Sebut Sri Mulyani Agen CIA