Crunch Culture atau eksploitasi pekerja merupakan sebuah lingkungan dimana karyawan bekerja lembur untuk memenuhi deadline.
Budaya ini merupakan bentuk penyalahgunaan hak pekerja, terutama mereka yang bekerja di bidang pembuatan game.
Para kreator game harus bekerja diluar dari jam kerja mereka untuk memenuhi tenggat waktu perilisan.
Bahkan, para karyawan terkadang bekerja hingga 60-100 jam per minggu tanpa diberi kompensasi sama sekali.
Akan tetapi, crunch dalam pengembangan game bisa bersifat permanen hingga menjadi kebiasaan.
Pada 2021 lalu, Brandoville Studios dan Lemon Sky mendapat tuduhan Crunch Culture.
Tudingan tersebut datang setelah seorang jurnalis game Chris Bratt mewawancarai mantan pekerja Lemon Sky dan Brandovile yang diunggah di kanal People Make Games.
Dalam video tersebut, salah satu karyawan Brandoville Studios memberikan pengakuan bahwa para karyawan diperlakukan seperti "disposable art artist".
Ada pesan yang menjadi sorotan dari video tersebut mengenai jatah libur yang dibatalkan oleh Cherry Lai.
Sebelumnya, CEO Brandoville Studios, Ken Lai menjanjikan terhadap karyawan untuk mendapat jatah libur.
Akan tetapi, istri sekaligus co-owner Brandoville Studios meminta para karyawan untuk menolak jatah libur.
Crunch culture ini bertujuan untuk mempercepat proses sebuah pembuatan game.
Artikel Terkait
Profil dan Akun Instagram Christa Sydney, Mantan Karyawan Brandoville Studios yang Diduga Jadi Korban Kekerasan Cherry Lai
Heboh Kasus Brandoville Studios Diduga Lakukan Kekerasan Terhadap Karyawan, Berapa Gaji Game Developer di Indonesia?
Terungkap, Sosok Misterius Ini Minta Maaf Duluan ke Pegawai Brandoville Studios Akui Jadi Suruhan Bos Kejam
5 Sisi Bobrok Brandoville Studios: Perusahaan Bangkrut hingga Skandal Kekerasan Karyawan Viral di Medsos
Co-owner Brandoville Studios Cherry Lai Diduga Lakukan Kekerasan Terhadap Karyawan, Korban Sampai Berpotensi Alami Gegar Otak