Selain itu, tanda lainnya yang dapat ditemukan adalah anak mengalami kesulitan tidur, sulit berteman dengan yang lain, sering menolak untuk bertemu dengan orang lain, dan sebagainya.
"Pokoknya perubahan perilaku yang jelas, sulit tidur, dia tidak mau berteman, atau mungkin jadi suka marah-marah, nggak mau ke sekolah itu juga bisa jadi tanda-tanda," tambahnya.
Meita menjelaskan, orang tua perlu lebih aktif dalam berkomunikasi dengan anak secara terbuka.
Komunikasi yang dapat dibangun seperti mengajukan pertanyaan mengenai kegiatan sehari-hari anak, seperti apa yang terjadi di sekolah.
Namun, cara ini harus disesuaikan dengan usia anak dan jika anak sudah memasuki usia remaja, orang tua harus lebih peduli terhadap lingkungan pertemanan anaknya.
Salah satu tantangan berat yang dihadapi orang tua adalah membantu anak mengatasi trauma pasca-pelecehan.
Baca Juga: Masuk Trimester Ketiga, Ini yang Wajib Dilakukan Ibu Hamil untuk Melancarkan Proses Kelahiran
Meita menyebutkan, proses pemulihan memerlukan waktu yang cukup lama agar anak dapat mengembalikan rasa percaya dirinya.
Ia juga menekankan pentingnya untuk tidak terus-menerus mengungkit atau bertanya mengenai kejadian pelecehan yang dialami oleh anak.
Hal ini disebabkan bisa menjadi bentuk kekerasan tambahan terhadap korban.***