Guru Besar IPB University Temukan Tanaman Terbaik untuk Antiobesitas dan Antidiabetes

RBG.ID - Guru Besar IPB University, Prof Hasim, DEA, berhasil mendapatkan sepuluh tanaman terbaik di Indonesia yang mempunyai potensi antiobesitas.

Riset panjang yang dilakukan Prof. Hasim juga menemukan enam jenis tanaman herbal antidiabetes.

Hal ini diungkapkan dalam Konferensi Pers Pra Orasi Ilmiah secara daring pada Kamis (19/10).

Baca Juga: Viral! Satpam TMII Tuai Kecaman Usai Bentak dan Berbuat Kasar ke Pedagang Keliling, Ini Kronologisnya

Prof Hasim memaparkan sepuluh jenis tanaman antiobesitas, yaitu daun kumis kucing, rimpang lengkuas, daun asam jawa, buah asam gelugur, serai wangi, daun jambu biji, kayu secang, daun kelor, daun kemangi, dan rimpang kencur.

Ia menjelaskan, berdasarkan hasil meta-analisis pihaknya memperoleh sepuluh tanaman tersebut merupakan tanaman terbaik di Indonesia yang memiliki potensi antiobesitas.

Selain itu, Prof. Hasim juga menemukan enam jenis tanaman herbal yang memiliki potensi antidiabetes seperti daun murbei, angkak dan bekatul, kulit kopi arabika gayo, daun serai wangi, dan batang kayu ular.

Baca Juga: Idap Gagal Ginjal Kronis, Penyanyi Shena Malsiana Jebolan X Factor Meninggal Dunia

Lebih lanjut, ia menyebutkan bahwa riset tersebut dilakukan dengan menggunakan metode in silico, in vitro dan in vivo dengan menggunakan tikus sebagai hewan coba.

Prof. Hasim juga mencari irisan dari tanaman potensi obat herbal antiobesitas dan antidiabetes yang terdaftar pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam lima tahun terakhir (2019-2023).

Dari irisan tersebut, ia memperoleh potensi tanaman herbal yang mempunyai aktivitas antiobesitas sekaligus antidiabetes

Baca Juga: Duh, Enaknya Ngopi Ala Cafe Di Pinggir Sungai Sambil Denger Gemercik Air, Yuk Otw ke Villa Air

Tanaman herbal tersebut adalah propolis, daun jati belanda, meniran hijau, kunyit madu, lidah buaya, kulit manggi, daun binahong, mahkota dewa, dan teh hijau.

Menurutnya, penelitian terkait antiobesitas dan antidiabetes mellitus terus dilakukan karena prevalensi kedua penyakit tersebut dari tahun ke tahun terus bertambah, baik di dunia maupun di Indonesia.