Kekerasan dalam Rumah Tangga Berdampak Populasi di Tiongkok Makin Anjlok

Setelah kritik tersebut, Xi Jinping mengatakan bahwa program itu tidak berlaku untuk korban KDRT.

Ethan Michelson, pakar hukum dan sosiologi dari Indiana University, mengatakan, memenangkan gugatan cerai hampir mustahil di Tiongkok.

Pria yang sudah meneliti 260 ribu kasus perceraian pada kurun 2008-2023 mengungkapkan, gugatan dengan bukti kuat pun mental di hadapan hakim.

Baca Juga: Meta Luncurkan Tools Generative AI Untuk Industri Periklanan

''Hakim seperti tak peduli. Padahal, mereka berperan memperpanjang kekerasan yang terjadi dalam keluarga itu,'' jelasnya.

Dari tradisi, hakim di Tiongkok diharapkan untuk menjadi pihak yang mempertahankan keutuhan keluarga.

Sikap itu makin keras di masa Xi Jinping. Padahal, menurut Michelson, menolak gugatan cerai atas dasar KDRT justru akan mempercepat penurunan populasi.

Baca Juga: Tak Repot Sedia Uang Tunai Lagi, Konter Pemesanan Taksi Online di Bandara Soetta Ditutup Hari Ini

Sebab, perempuan bakal berpikir semua pernikahan akan bermasalah.

Lalu, mereka menghindari pernikahan.

Pemerintah Tiongkok memang sedang getol untuk mengerem laju depopulasi. Agence France-Presse mengungkap, jumlah penduduk Tiongkok bakal disalip India tahun ini.

Baca Juga: Kota Jenin Diserang Tentara Israel, Sebabkan 3 Warga Palestina Tewas dan Puluhan Lainnya Luka-luka

PBB meyakini, populasi Tiongkok bakal turun pada kisaran 1 miliar jiwa. Adapun India diperkirakan bakal menyentuh angka 1,5 miliar.

Saat ini, rasio fertilitas Tiongkok sudah jatuh ke 1,2 kelahiran per perempuan. Sedangkan India masih di angka 2 kelahiran per perempuan.

Padahal, pada 1970-an, rasio fertilitas kedua negara tersebut hampir menyentuh 6 kelahiran per perempuan. (bil/hud)