Kartu ATM Bank BNI
Modus Operasi Sindikat
Kapolda Sulsel mengungkapkan bahwa sindikat ini telah beroperasi sejak 2010. Modusnya melibatkan proses produksi uang palsu yang dimulai di rumah salah satu pelaku berinisial ASS, yang kini masuk daftar pencarian orang (DPO).
Produksi sempat terhenti pada 2012, sebelum kembali aktif pada 2022 dengan mendatangkan mesin cetak dari China seharga Rp600 juta yang dibeli di Surabaya.
Mesin cetak ini kemudian dipindahkan ke Gedung Perpustakaan Kampus II UIN Alauddin Makassar pada September 2024.
Dengan peran sentral Andi Ibrahim, lokasi ini dijadikan tempat produksi uang palsu, sertifikat berharga, dan surat berharga negara (SBN) dengan nilai hingga ratusan triliun rupiah.
Peran Para Tersangka
Selain Andi Ibrahim, tersangka lainnya berasal dari beragam latar belakang, termasuk pegawai bank BUMN, dosen, aparatur sipil negara (ASN), pengusaha, dan juru masak.
Bahkan ada yang pernah mencalonkan diri sebagai Wali Kota Makassar dan anggota legislatif.
Menurut Irjen Yudhiawan, kelompok ini menggunakan aplikasi WhatsApp untuk merancang peredaran uang palsu.
Pada November 2024, sindikat ini berhasil mengedarkan uang palsu senilai Rp150 juta hingga Rp250 juta.
"Timeline pembuatan dan peredaran uang palsu ini dimulai sejak 2010, namun sempat terhenti untuk persiapan matang hingga kembali aktif pada 2022," jelas Yudhiawan, dikutip RBG.id dari TribunTimur pada 23 Desember 2024.
Artikel Terkait
Akhirnya, Polisi Berhasil Menyita Mesin Cetak dan Uang Ratusan Juta Terkait Sindikat Pabrik Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar
Peran 17 Tersangka dalam Kasus Uang Palsu Seribu Triliun Rupiah di UIN Alauddin Makassar, Berasal dari PNS hingga IRT
Terbongkarnya Sindikat Uang Palsu di UIN Alauddin Makassar, Kenali Perbedaan Uang Palsu dan Uang Asli Agar Tidak Keliru
Staf UIN Alauddin Makassar Meregang Nyawa, Diduga karena Syok Dikaitkan dengan Kasus Uang Palsu
Belum Sempat Diperiksa Polisi, Staf Kampus Diduga Terlibat Pabrik Uang Palsu di UIN Alauddin Meninggal Dunia Akibat Syok