Dari pembangunan IPAL saat ini, menurutnya saluran air lindi belum dipisahkan dari air Kali Asem Sumurbatu. Sehingga pengelolaan airnya belum maksimal.
"IPAL nya udah fokus untuk air lindi tapi saluran air lindinya belum dipisah, jadi belum maksimal penanganannya," tuturnya.
Andrea Sucipto sendiri menganalogikan bahwa, jika kapasitas timbulan air lindi 100 meter kubik perhari, dan kapasitas IPAL 100 meter kubik per hari maka dinilai sangat pas. Namun jika air lindi bercampur dengan air kali maka hitungan kapasitasnya akan menjadi kacau.
"Ini saya analogikan saja ya, jika saluran air masih disatukan maka tidak bisa terkontrol dengan baik. Karena IPAL sendiri memiliki kapasitas air, ujung-ujungnya seharusnya bisa 100 persen diolah ini hanya tinggal sekian persen yang bisa diolah," terangnya.
Pihak UPTD PALD sendiri, memberikan solusi bahwa pemisahan saluran air lindi dan air Kali Asem Sumurbatu harus dibuat terpisah. Sehingga pengelolaan air yang tercemar bisa lebih maksimal.
"Solusinya ya harus segera dibuat saluran terpisah lindi dan air kali, dan harus ada asesmen terhadap pejabat yang ditempatkan dalam pengurus sampah sehingga akan mendapatkan sebuah kualitas penerapan program strategis hulu dan hilir. Sampah hanya sedang menunggu siapa orang yang konsen dan berkompetensi untuk ditempatkan di situ," pungkasnya. (dew)