RBG.ID, BEKASI SELATAN - Sebelum masyarakat diwanti-wanti tentang harga mie instan akan naik tiga kali lipat, warga Bekasi sudah dua bulan merasakannya. Bulan Juli kemarin inflasi Kota Bekasi 0,62 persen, andil signifikan dipicu oleh kenaikan harga cabai, bawang, bahan bakar, termasuk mie instan kering, dan komoditas lainnya.
Dampak gangguan ekonomi global menjalar semakin luas, hingga menyentuh komoditas bahan pangan berbahan dasar gandum seperti mie instan. Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bekasi mencatat inflasi Januari sampai Juli sebesar 3,49 persen, sedangkan inflasi tahun ke tahun (yoy) sebesar 4,57 persen.
Komoditas yang mengalami kenaikan harga dan memberikan andil besar terhadap inflasi, diantaranya adalah mie instan kering. Kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi 1,68 persen.
Pasar membenarkan kenaikan harga mie instan sudah terjadi, harga mie instan goreng per bungkus yang biasanya berkisar sampai dengan Rp2,5 ribu naik menjadi Rp3,5 ribu. Sedangkan untuk mie instan rebus yang bisanya harga berkisar sampai dengan Rp2 ribu, sekarang naik menjadi Rp2,5 ribu per bungkus.
Beruntung harga jual saat ini masih bisa bergerak jika konsumen membeli dalam jumlah banyak, minimal satu dus, pedagang masih membuka pintu tawar menawar. Tapi untuk pembelian per bungkus atau per 10 bungkus, tidak ada ruang untuk tawar menawar.
"Sudah naik semua, sudah sekitar dua bulanan lah," kata salah satu pedagang di Pasar Baru, Bekasi Timur, Sukron (18), Kamis (11/8).
Selain mie instan, harga tepung terigu juga nasibnya sama, sudah mengalami kenaikan harga. Harga tepung terigu per kg tanpa merk naik dari Rp7 ribu menjadi Rp10,5 ribu.